Senin, 08 Juli 2019

SHOLATNYA ORANG YANG MELAKUKAN SAFFAR



A.    Sholat musafir
1.    Devenisi sholat musafir
Secara umum shalat musafir adalah shalat yang dilaksanakan seseorang apabila di dalam keadaan safar ( perjalanan ). Seseorang yang melakukan perpindahan dari kampung halamannya ( tempat dia menetap ) ke tempat lain dan perjalanan itu menyebabkan  seseorang boleh melakukan shalat qashar , jamak, bahkan jamak dan qashar digabungkan.[1] Atau secara singkatnya yaitu sholat yang dilaksanakan pada saat perjalanan, dan berkemungkinan kita tidak bisa dengan sholat seperti biasa dikarenkan sebab-sebab tertentu. Berikut akan kami sampaikan dan kami jelaskan tentang sholat-sholat yang dilaksanakan pada saat dalam perjalanan ( musafir ).  

2.    Jarak dan waktu dikatakan telah musafir
حد يث أنس بن ملك رضي الله عنه قال: خر جنا مع رسول الله صلي الله عليه وسلم من المدينةإلي مكة فصلى ركعتين ركعتين حتى رجع قلت كم آقام بمكة قال عثرا
Artinya: Diriwayatkan dari Anas bin Malik r.a., dia telah berkata: Aku akan pergi bersama Rasulullah saw. dari Madinah ke Mekkah. Beliau menunaikan shalat dua raka’at dua raka’at, sehingga kami kembali. Aku kemudian bertanya: berapa lama engkau akan tinggal di Makkah, wahai Rasulullah? Rasulullah menjawab: sepuluh hari.
Hadis di atas menerangkan tentang diperbolehkannya mengqashar shalat bagi orang yang sedang dalam bepergian. Artinya, shalat yang empat raka’at (Zuhur, Ashar, dan Isya) bisa dilakukan hanya dengan dua raka’at dengan niat qashar (diperpendek). Ini merupakan rukhshah (dispensasi) bagi musafir.[2]
Selain dari hadis di atas di sini kami sebagai pemakalah juga memamparkan hadis-hadis lain yang juga berkaitan dengan hadis di atas di antaranya:
وعن ابن عباس رضى الله عنحما قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم لاتقصروااصلاة فى أقل من اربعة برد من مكت إلى عسفان. رواه الدارقعانى باء سنا د ضعيف والصحيح انه مو قوف كزا أخرجه ابن خزيمة.
Artinya: Dari Ibnu Abbas r.a. menceritakan, bahwa Rasulullah saw. bersabda janganlah kamu qasharkan shalat dalam jarak yang kurang dari empat barid, kira-kira jarak antara Mekkah dan Usfan.

وعن سا لم بن عبدا الله عن ابيه انه ركب الى ريمت فقصر اصلاة فى مسيره وذلك نحو من اربعة بردا.
Artinya: Bersumber dari Salim bin Abdullah, dari ayahnya, beliau pergi dengan berkuda ke Riim lalu mengqashar sholat dalam perjalanannya itu.
Kata Malik perjalanannya itu berjarak sekitar empat barid (48 Mil).[3]
Jadi dari hadis-hadis di atas dapat kami simpulkan bahwasanya sholat qashar itu merupakan sholat yang dikerjakan pada saat kita melakukan safar (di dalam perjalanan). Dan pelaksanaan sholat qashar ialah dengan cara meringkas, yaitu meringkas jumlah raka`at dalam sholat wajib (raka`at yang empat) menjadi dua raka`at, akan tetapi didalam sholat Maghrib tidak bisa diqashar dikarenakan sholat Magrib itu adalah sholat yang ganjil (raka`atnya tiga) dan merupakan sholat witir pada sore menjelang malam hari. Sholat qashar ini hanya berlaku untuk orang yang lagi di dalam perjalanan (musafir), di dalam safar itu jarak yang harus dilalui adalah minimal empat barid (48 Mil).  Dan sholat qashar ini merupakan keringanan yang diberikan Allah kepada hamba-Nya, dan Allah sangat suka apabila hamba-Nya melaksanakan keringanan yang diberikan dan Allah itu sangat tidak suka dengan hal yang dilarang-Nya.

3.    Pembagian dari sholat musafir
1)        Sholat qashar
a.    Devenisi sholat qashar
Shalat qashar artinya shalat yang diringkas bilangan rakaatnya, seperti empat menjadi dua. Bagi orang yang dalam perjalanan ( berpergian ), dibolehkan menyingkat shalat wajib yang empat rakaat menjadi dua rakaat.[4] Shalat qashar merupakan salah satu bentuk pelaksanaan shalat yang disunnahkan secara muakkad bagi orang yang musafir.

b.    Hadist-hadist yang berkaitan dengan shalat qashar
عن عاءسة رضي الله عنهما قالت: اول ما فرضت اصلاة ركعتينف فًا قرت اصلاة اسفر وأتمت صلاة  الحضر. متفق عليه
Artinya: Dari ‘Aisyah r.a., dia berkata: sholat yang paling pertama sekali difardukan dua raka’at, lalu ditetapkan sholat dalam perjalanan (dua raka’at itu) dan disempurnakan sholat di tempat menetap (selain musafir). Muttafaq ‘alaih.[5]

عن ابن عبا س رضي ا لله عنهما قا ل: فر ض ا لله ا لصلا ة على لسا ن ليكم صلى الله عليه و سلم في الحضر أر بعا, وفي السفر ركعتين, وفي الخو ف ر كعة.
Dari Ibnu Abbas r.a., dia berkata, “ Allah mewajibkan sholat melalui Nabimu empat raka`at pada waktu hadlar ( tidak musafir ), dua rakaat pada waktu safar ( bepergian ), dan satu rakaat pada khauf ( sedang berperang ).[6]
و للبخا ري : ثم ها جر,ففر ضت ا ر بعا, و اقرت صلا ة السفر عل الا و ل
Imam bukhari menambahkan ; “ kemudian ditetapkan sesudah hijrah menjadi empat raka`at ( zuhur, ashar dan isya` ) dan ditetapkanlah sholat safar ( Sholat dalam perjalanan ) seperti semula ( dua raka`at ).[7]
زاد ا حمد : الا المفر ب فا نها و تر النها ر, والا الصبح فا نها تطو ل فيها القر ا ء ة.
Imam Ahmad juga menambahkan pula : terkecuali shalat magrib, karena sholat maghrib merupakan sholat ganjil, dan dikecualikan pula shalat shubuh, sebab sholat subuh itu bacaanya dipanjangkan.[8]
عن ابن عمر قل قل رسول الله ص ان الله تعا لى يحب ان تؤتى رخصه كما يكاره ان تؤتى ممعيته .رواه احمد, وصححه ابن خزعيمةلاوابن حبان .
Artinya: Dari Ibnu ‘Umar r.a. dia berkata: Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya Allah suka pelaksanaan semua keringanan-Nya ( rukhshoh ), sebagaimana Dia benci perbuatan maksiyat kepada-Nya. (H.R. Ahmad dan dinilai shohih oleh Ibnu Khuzaimah Ibnu Hibban). [9]
As-syafi’i dan sekelompok ulama lainnya mengataka: Bahwa qashar sholat itu hanya rukhshoh ( keringanan ) saja dan sholat tamam ( sempurna ) lebih afdhol. Mereka mengatakan bahwa lafal “furidhot” itu semakna dengan lafar “Quridat” ( ditetapkan ), atau dengan pengertian, difardukan bagi orang yang ingin qashar. Sebagai dalilnya mereka mengemukakan firman Allah dalam surat An-Nisa’, ayat 101 berikut ini:

وَإِذا ضَرَبْتُمْ فِي الْأَرْضِ فَلَيْسَ عَلَيْكُمْ جُناحٌ أَنْ تَقْصُرُوا مِنَ الصَّلاةِ إِنْ خِفْتُمْ أَنْ يَفْتِنَكُمُ الَّذِينَ كَفَرُوا إِنَّ الْكافِرِينَ كانُوا لَكُمْ عَدُوًّا مُبِيناً
Artinya: Dan apabila kalian bepergian di muka bumi, maka tidaklah mengapa kalian mengqhasar salat (kalian), jika kalian takut diserang orang-orang kafir. Sesungguhnya orang-orang kafir itu adalah musuh yang nyata bagi kalian. (Q.S. An-Nisa’ ayat 101).
Hadist-hadist diatas merupakan landasan atau patokan kenapa shalat qashar  ini dibolehkan bahkan dianjurkan bagi para musafir sebagai keringanan yang diberikan Allah kepada hambaNya.

c.    Tatacara pelaksanaan shalat qashar
Orang yang sedang bepergian, boleh mengqashar ( menyingkat ) sholat wajib yang empat raka’at menjadi dua raka’at, dengan syarat-syarat sebagai berikut:[10]
·         Kepergiannya bukan karena maksiat.
·         Jarak kepergiannya tidak kurang dari 16 farsakh (81 Km/At-Tadzhib).
·         Yang diqashar berupa shalat yang ber-raka’at empat.
·         Niat mengqashar pada waktu takbiratul ihram.
·         Tidak makmum kepada orang yang menyempurnakan sholatnya.

2)        Sholat jamak
a.    Devenisi sholat jamak
Shalat Jamak merupakan salah satu shalat yang dilakukan saat safar ( bepergian ). Shalat jamak ialah shalat yang dikumpulkan, misalnya Zuhur dengan ‘Ashar, Maghrib dengan ‘Isya’ di dalam satu waktu.
b.    Pembagian shalat jamak
Shalat jamak itu terbagi atas dua:
a)    Jamak taqdim, adalah shalat Zuhur dengan shalat ‘Ashar dikerjakan pada waktu Zuhur, atau shalat Maghrib dan shalat ‘Isya’ dikerjakan pada waktu Maghrib.
Syarat jamak takdim  adalah
·         Dikerjakan dengan tertib, yakni dengan sholat yang pertama misalnya zhuhur dahulu, kemudian ashar, begitu juga maghrib dahulu baru isya.
·         Niat jamak dilakukann pada sholat pertama.
·         Berurutan antara keduanya, yakni tidak boleh disela dengan sholat sunah.
b)   Jamak takhir, adalah kebalikan dari shalat jamak takdim yaitu shalat Zuhur dengan ‘Ashar dilaksanakan pada waktu ‘Ashar begitu pula dengan shalat Maghrib dan ‘Isya’ dilakukan pada waktu ‘Isya’.
Syarat jamak takhir
·         Niat jamak takhir  dilaksanakan pada sholat pertama.
·         Masih dalam perjalanan tempat datangnya waktu yang kedua.[11]
c.    Hadist-hadist yang berkaitan dengan shalat jamak
عن معاذ قال: خرجنا مع انبي ص في عزوة تبوك فكان يصلى الظحر والعصر جميعا ولمغرب والعشاء جميعا. رواه مسلم
Artinya: Dari Mu`adz r.a., dia berkata: Kami keluar bersama Rasulullah saw. pada waktu peperangan Tabuk, Beliau biasa sholat Zuhur dan ‘Ashar dengan jamak dan shalat Maghrib dan ‘Isya` dengan jamak. (H.R. Muslim).
Hadis ini menerangkan kepada kita bahwasanya dibolehkan untuk melaksanakan shalat jamak yaitu apakah itu shalat jamak taqdim atau shalat jamak takhir.[12]
حد ثنا علي بن عبد الله قال حد ثن سفيان قال سمعت الز حرئ عن سالم عن آبيه قال كان انبي صلى الله عليه وسلم يجمع بين المغرب والعشاء أذا حد به السير
Artinya: Ali bin ‘Abdullah telah memberitahukan kepada kami, ia berkata, Sufyan telah memberitahukan kepada kami, ia berkata, aku telah mendengar Az-Zuhri, dari Salim, dari ayahnya ia berkata, Nabi saw., pernah menjamak antara shalat maghrib dan ‘isya` bila terdesak (tergesaa- gesa) dalam perjalanan.
وقال إبرهيم طهمان عن الحسين المعلم عن يحي بن كثير عن عكر مة عن ا بن عباس رضي الله عنهما قال كان رسول الله صلي الله عليه وسلم يجمع بين صلاة الظهر والعصر إذا كان على ظهر سير ويجمع بين المخرب والعشاء                                                             
Artinya: Dan Ibrahim bin Thahman berkata, dari Al-Husain Al- Mu`alim, dari yahya bin Abi Katsir, dari Ikhrimah, dari Ibnu Abbas r.a. ia berkata, “Rasulullah saw. menajamak antara shalat zuhur dan ashar jika dalam perjalanan dan menjamak antara shalat magrib dan isya’.
وعن حسين عن يحي بن أبى كشير عن حفص بن عبيد الله بن أنس عن أنس بن مالك رضي الله عنه قال كان انبي صلى الله عليه وسلم يجمع بين صلاة المغرب والعشاء في اسفر وتابعه علي بن المبرك وحرب عن يحي عن حفص عن عنس جمع انبي صلي الله عليه وسلم
Artinya: Dan dari Husain, dari Yahya bin Abi Katsir, dari Hafsh bin Ubaidullah bin Anas, dari Anas bin Malik r.a. ia berkata: “Nabi saw. pernah menjamak antara shalat magrib dan isya dalam perjalanan”. Ali bin Al-Mubarak dan Harb mengikutkan riwayatnya dari Yahya, dari Hafsh, dari Anas bahwasanya Nabi saw. menjamak shalat.
Syarah hadistnya adalah :
Maksudnya menjamak shalat maghrib dan ‘isya’ di dalam perjalanan. Bab ini menjelaskan tentang shalat jamak di dalam perjalanan. Apakah ini termasuk rukshah  (keringanan) dalam perjalanan secara mutlak atau keringanan yang terikat. Dalam permasalahan ini terjadi perselisihan pendapat dikalangan ulama.
Di antara ulama ada yang berkata, bahwa tidak boleh menjamak sholat kecuali di dalam perjalanan. Pendapat Al-Imam Ibnu Al-Qayyim, adapun orang- orang yang singgah di suatu tempat maka ia tidak menjamak shalatnya, mereka beralasan bahwasanya hukum awal dari melaksanakan shalat adalah pada waktunya. Yang sesuai dengan firman Allah didalam surah An-Nisa` ayat 103:

إِذا قَضَيْتُمُ الصَّلاةَ فَاذْكُرُوا اللَّهَ قِياماً وَقُعُوداً وَعَلى جُنُوبِكُمْ فَإِذَا اطْمَأْنَنْتُمْ فَأَقِيمُوا الصَّلاةَ إِنَّ الصَّلاةَ كانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتاباً مَوْقُوتاً
Artinya: Maka apabila kalian telah menyelesaikan salat (kalian), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk, dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kalian telah merasa aman, maka dirikanlah salat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya salat itu adalah fardu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman. (Q.S. An-Nisa’ ayat 103).
Rasululah menjamak apabila sedang di dalam perjalan, maka yang diamalkan adalah menjamak shalat selama perjalanan. Hukum asalnya wajib melaksanakan shalat pada waktunya. Akan tetapi di dalam perjalanan jamak adalah sebuah keringanan dalam perjalanan, tetapi di dalam hal ini harus dibedakan, yaitu orang yang sedang tergesa-gesa di dalam perjalanan, maka disunahkan melaksanaknya, dan jika menetap hukumnya jatuh pada mubah atau dibolehkan.[13]
Jadi dari penjelasan di atas dan hadis-hadis di atas dapat kami simpulkan bahwasanya shalat jamak merupakan shalat safar yaitu shalat yang dilaksanakan pada saat di dalam perjalanan, kemudian shalat jamak ini pun diperkuat dengan adanya bukti- bukti hadis yang telah dipaparkan di atas. Rasulullah juga pernah melaksanakan shalat jamak di dalam perjalanan dalam keadaan tergesa-gesa.
d.   Tatacara pelaksanaan shlat jamak
Tata cara pelaksanaan nya sama halnya dengan shalat biasa tidak ada yang berubah kecuali dari niatnya, berikut cara peniatan di dalam shalat jamak
a)      Jamak takdim
·         اُصَلِّى فَرْضَ الظُّهْرِاَرْبَعَ رَكْعَا تٍ مَجْمُوْعًا مَعَ العَصْرِ مَأْمُوْمًا/ امَامًا لِلهِ تَعَالَ
Artinya :  Aku ( niat ) sholat fardu zuhur empat ( rakaat )  dengan menjamak kepadanya ashar sebagai makmum/ imam karena Allah Ta`ala.
·         ا صلى فر ض ا لمغر ب ثلا ث ر كعا ت مجمو عا اليه العثا ء ا دا   ء لله تعا لى
Artinya : Aku ( niat ) sholat fardu maghrib tiga rakaat, dengan menjamak isya kepadanya, Karena Allah Ta`ala.
b)      Jamak Takhir
·         اُصَلِّى فَرْضَ العَصْرِاَرْبَعَ رَكْعَا تٍ مَجْمُوْعًا مَعَ الظُّهْرِ مَأْمُوْمًا/ امَامًا لِلهِ تَعَالَ
Artinya : Aku ( niat ) sholat ashar 4 ( rakaat ) dengan menjamak kepadanya sholat dzuhur menjadi makmum / imam karena Allah Ta`la
·         اُصَلِّى فَرْضَ العسا ء ِاَرْبَعَ رَكْعَا تٍ مَجْمُوْعًا مَعَ المخر بِ مَأْمُوْمًا/ امَامًا لِلهِ تَعَالَ
Artinya : Aku ( niat ) sholat isya empat ( rakaat ) dengan ,menjamak kepadanya sholat maghrib menjadi makmum/imam karena Allah Ta`ala.

3)        Sholat qashar jamak
a.    Devenisi sholat qashar  jamak
Sholat qashar jamak adalah sholat yang dilakukan oleh musafir dengan keadaan tertentu yang mana disamping melaksanakan qashar jamak pun juga dilaksanakan.
b.    Hadist yang berkaitan dengan shalat qashar jamak
عبدالوهاب بن عبدالحكم الو را ق البخد دى وا خبرتا يحي بن سليم عن عبيد ا لله عن نفع عن ا بن عمر قا ل : سا فر ت مع ا
Abdul wahab bin,abdul Hakam  Al-warraq Al- Baqhdadi menceritakan
kepada kami, Yahya bin sulaim memberitahukan kepada kami (yang berasal ) dari ubaidullah dari Nafi’dari ibdu Umar dimana dia berkata : Saya bepergian bersama Nabi SAW, Abu bakar , Umar dan Utsman di mana mereka mengerjakan shalat zuhur dan shalat ashar dua raka’at dua raka’at, mereka tidak mengerjakan shalat sebelum dan sesudahnya niscaya saya dapat menyempurnakannya.[14]

Tatacara pelaksanaan sholat q


[1] Abdurrasyid Abdul Aziz Salim, Syarah Bulughul Maram; Hadist Hukum-hukum
(IslamSurabaya: Halim Jaya Surabaya, 2005 ) , hal. 217.
[2] Ahmad Mahalli Mudjab, Hadist-hadist Muttafaq `Alaih Bagian Ibadah,  (Jakarta: Prenada Media, 2003). Hal 350-351.
[3] Adib Bisri Musthofa, dkk, Tarjamah Muwaththa’ Al-Imam Malik r.a., (Semarang: Asy-Syifa`, 1992 ). Hal 198-204.
[4]Labib Mz, Tuntunan Sholat Lengkap, (Jakarta: Sandro Jaya, 2005 ), hal 91.
[5] Muhammad Abubakar, Terjemahan Subulus Salam II; Hadits-hadits Hukum, (Surabaya: Al- Ikhlas, 1991), hlm. 151.
[6] Al-Albani Muhammad Ashiruddin, Mukhtashar shahih muslim buku 1, (Jakarta : Pustaka Azzam, 2013 ). Hal324
[7] Hassan, A., Tarjamah Bulughul maraam, ( Bandung, Diponegoro, 1999 ) hal 203
[8] Al-Hafizh bin Hajar Al-Asqalam, TERJEMAH BULUGHUL MARAM, hal 198
[9] Kahar Masyhur,  BULUGHUL MARAM ( JILID 1 ), ( Jakarta, Rineka Cipta, 1992 ). Hal 190
[10] Abu Masyhad , Tuntunan Shalat Lengkap, (Semarang: MG, 1408 H), Hal. 86.
[11] Labib Mz, Tuntunan Shalat Lengkap, ( Jakarta, sandro jaya, 2005 ), hal 92
[12] Hassan, A., Tarjamah Bulughul Maraam: Ibnu Hajar Al-`Asqalani,  (Bangil: Pustaka Tamaam, 1985 ). Hal 249-250.
[13] Muhammad bin Shahih Al-Utssaimin, Syarah Shahih Al-Bukhari: (Jilid 4), (Jakarta Timur:
  Darus Sunnah Press, 2011 ), Hal. 235-237.
[14] Muhammad Isa bin Surah At-Tirmidzi, Terjemah Sunan At-thirmidzi, (Semarang, Asy-Syifa`, 1992 ) hal 663-664

Tidak ada komentar:

Posting Komentar