A.
Sholat musafir
1.
Devenisi sholat
musafir
Secara umum shalat musafir adalah
shalat yang dilaksanakan seseorang apabila di dalam keadaan safar ( perjalanan
). Seseorang yang melakukan perpindahan dari kampung halamannya ( tempat dia
menetap ) ke tempat lain dan perjalanan itu menyebabkan seseorang boleh melakukan shalat qashar ,
jamak, bahkan jamak dan qashar digabungkan.[1]
Atau secara singkatnya yaitu sholat yang dilaksanakan pada saat perjalanan, dan
berkemungkinan kita tidak bisa dengan sholat seperti biasa dikarenkan
sebab-sebab tertentu. Berikut akan kami sampaikan dan kami jelaskan tentang
sholat-sholat yang dilaksanakan pada saat dalam perjalanan ( musafir ).
2.
Jarak dan waktu
dikatakan telah musafir
حد يث أنس بن ملك رضي الله عنه قال: خر جنا مع رسول الله صلي الله
عليه وسلم من المدينةإلي مكة فصلى ركعتين ركعتين حتى رجع قلت كم آقام بمكة قال
عثرا
Artinya:
Diriwayatkan dari Anas bin Malik r.a., dia telah berkata: Aku akan pergi
bersama Rasulullah saw. dari Madinah ke Mekkah. Beliau menunaikan shalat dua
raka’at dua raka’at, sehingga kami kembali. Aku kemudian bertanya: berapa lama
engkau akan tinggal di Makkah, wahai Rasulullah? Rasulullah menjawab: sepuluh
hari.
Hadis
di atas menerangkan tentang diperbolehkannya mengqashar shalat bagi orang yang
sedang dalam bepergian. Artinya, shalat yang empat raka’at (Zuhur, Ashar, dan
Isya) bisa dilakukan hanya dengan dua raka’at dengan niat qashar (diperpendek).
Ini merupakan rukhshah (dispensasi) bagi musafir.[2]
Selain
dari hadis di atas di sini kami sebagai pemakalah juga memamparkan hadis-hadis
lain yang juga berkaitan dengan hadis di atas di antaranya:
وعن ابن عباس رضى الله
عنحما قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم لاتقصروااصلاة فى أقل من اربعة برد
من مكت إلى عسفان. رواه الدارقعانى باء سنا د ضعيف والصحيح انه مو قوف كزا أخرجه
ابن خزيمة.
Artinya: Dari Ibnu Abbas r.a. menceritakan, bahwa Rasulullah
saw. bersabda janganlah kamu qasharkan shalat dalam jarak yang kurang dari
empat barid, kira-kira jarak antara Mekkah dan Usfan.
وعن سا لم بن عبدا الله عن
ابيه انه ركب الى ريمت فقصر اصلاة فى مسيره وذلك نحو من اربعة بردا.
Artinya: Bersumber dari Salim bin Abdullah, dari ayahnya, beliau
pergi dengan berkuda ke Riim lalu mengqashar sholat dalam perjalanannya itu.
Kata
Malik perjalanannya itu berjarak sekitar empat barid (48 Mil).[3]
Jadi dari hadis-hadis di atas dapat
kami simpulkan bahwasanya sholat qashar itu merupakan sholat yang dikerjakan
pada saat kita melakukan safar (di
dalam perjalanan). Dan pelaksanaan sholat qashar ialah dengan cara meringkas,
yaitu meringkas jumlah raka`at dalam sholat wajib (raka`at yang empat) menjadi
dua raka`at, akan tetapi didalam sholat Maghrib tidak bisa diqashar dikarenakan
sholat Magrib itu adalah sholat yang ganjil (raka`atnya tiga) dan merupakan
sholat witir pada sore menjelang malam hari. Sholat qashar ini hanya berlaku
untuk orang yang lagi di dalam perjalanan (musafir), di dalam safar itu jarak
yang harus dilalui adalah minimal empat barid (48 Mil). Dan sholat qashar ini merupakan keringanan
yang diberikan Allah kepada hamba-Nya, dan Allah sangat suka apabila hamba-Nya
melaksanakan keringanan yang diberikan dan Allah itu sangat tidak suka dengan
hal yang dilarang-Nya.
3.
Pembagian dari
sholat musafir
1)
Sholat qashar
a.
Devenisi sholat
qashar
Shalat
qashar artinya shalat yang diringkas bilangan rakaatnya, seperti empat menjadi
dua. Bagi orang yang dalam perjalanan ( berpergian ), dibolehkan menyingkat
shalat wajib yang empat rakaat menjadi dua rakaat.[4]
Shalat qashar merupakan salah satu bentuk pelaksanaan shalat yang disunnahkan
secara muakkad bagi orang yang musafir.
b.
Hadist-hadist
yang berkaitan dengan shalat qashar
عن عاءسة رضي الله عنهما قالت: اول ما فرضت اصلاة ركعتينف فًا قرت اصلاة
اسفر وأتمت صلاة الحضر. متفق عليه
Artinya: Dari ‘Aisyah r.a., dia berkata: sholat yang paling
pertama sekali difardukan dua raka’at, lalu ditetapkan sholat dalam perjalanan
(dua raka’at itu) dan disempurnakan sholat di tempat menetap (selain musafir).
Muttafaq ‘alaih.[5]
عن
ابن عبا س رضي ا لله عنهما قا ل: فر ض ا لله ا لصلا ة على لسا ن ليكم صلى الله
عليه و سلم في الحضر أر بعا, وفي السفر ركعتين, وفي الخو ف ر كعة.
Dari
Ibnu Abbas r.a., dia berkata, “ Allah mewajibkan sholat melalui Nabimu empat
raka`at pada waktu hadlar ( tidak musafir ), dua rakaat pada waktu safar (
bepergian ), dan satu rakaat pada khauf ( sedang berperang ).[6]
و للبخا ري : ثم ها جر,ففر ضت ا ر بعا, و اقرت صلا ة السفر عل الا و ل
Imam
bukhari menambahkan ; “ kemudian ditetapkan sesudah hijrah menjadi empat
raka`at ( zuhur, ashar dan isya` ) dan ditetapkanlah sholat safar ( Sholat dalam
perjalanan ) seperti semula ( dua raka`at ).[7]
زاد
ا حمد : الا المفر ب فا نها و تر النها ر, والا الصبح فا نها تطو ل فيها القر ا ء
ة.
Imam
Ahmad juga menambahkan pula : terkecuali shalat magrib, karena sholat maghrib
merupakan sholat ganjil, dan dikecualikan pula shalat shubuh, sebab sholat
subuh itu bacaanya dipanjangkan.[8]
عن ابن عمر قل قل رسول الله ص ان الله تعا لى يحب ان تؤتى رخصه كما
يكاره ان تؤتى ممعيته .رواه احمد, وصححه ابن خزعيمةلاوابن حبان .
Artinya: Dari Ibnu ‘Umar r.a. dia
berkata: Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya Allah suka pelaksanaan semua
keringanan-Nya ( rukhshoh ), sebagaimana Dia benci perbuatan maksiyat
kepada-Nya. (H.R. Ahmad dan dinilai shohih oleh Ibnu Khuzaimah Ibnu
Hibban). [9]
As-syafi’i dan sekelompok ulama
lainnya mengataka: Bahwa qashar sholat itu hanya rukhshoh ( keringanan )
saja dan sholat tamam ( sempurna ) lebih afdhol. Mereka
mengatakan bahwa lafal “furidhot” itu semakna dengan lafar “Quridat”
( ditetapkan ), atau dengan pengertian, difardukan bagi orang yang ingin
qashar. Sebagai dalilnya mereka mengemukakan firman Allah dalam surat An-Nisa’,
ayat 101 berikut ini:
وَإِذا ضَرَبْتُمْ فِي الْأَرْضِ فَلَيْسَ عَلَيْكُمْ جُناحٌ أَنْ
تَقْصُرُوا مِنَ الصَّلاةِ إِنْ خِفْتُمْ أَنْ يَفْتِنَكُمُ الَّذِينَ كَفَرُوا
إِنَّ الْكافِرِينَ كانُوا لَكُمْ عَدُوًّا مُبِيناً
Artinya:
Dan apabila kalian bepergian di muka bumi, maka tidaklah mengapa kalian
mengqhasar salat (kalian), jika kalian takut diserang orang-orang kafir.
Sesungguhnya orang-orang kafir itu adalah musuh yang nyata bagi kalian. (Q.S.
An-Nisa’ ayat 101).
Hadist-hadist
diatas merupakan landasan atau patokan kenapa shalat qashar ini dibolehkan bahkan dianjurkan bagi para
musafir sebagai keringanan yang diberikan Allah kepada hambaNya.
c.
Tatacara
pelaksanaan shalat qashar
Orang
yang sedang bepergian, boleh mengqashar ( menyingkat ) sholat wajib yang empat
raka’at menjadi dua raka’at, dengan syarat-syarat sebagai berikut:[10]
·
Kepergiannya
bukan karena maksiat.
·
Jarak
kepergiannya tidak kurang dari 16 farsakh (81 Km/At-Tadzhib).
·
Yang diqashar
berupa shalat yang ber-raka’at empat.
·
Niat mengqashar
pada waktu takbiratul ihram.
·
Tidak makmum
kepada orang yang menyempurnakan sholatnya.
2)
Sholat jamak
a.
Devenisi sholat
jamak
Shalat Jamak merupakan salah satu shalat yang dilakukan saat safar
( bepergian ). Shalat jamak ialah
shalat yang dikumpulkan, misalnya Zuhur dengan ‘Ashar, Maghrib dengan ‘Isya’ di
dalam satu waktu.
b.
Pembagian
shalat jamak
Shalat
jamak itu terbagi atas dua:
a)
Jamak taqdim,
adalah shalat Zuhur dengan shalat ‘Ashar dikerjakan pada waktu Zuhur, atau
shalat Maghrib dan shalat ‘Isya’ dikerjakan pada waktu Maghrib.
Syarat jamak takdim adalah
·
Dikerjakan
dengan tertib, yakni dengan sholat yang pertama misalnya zhuhur dahulu,
kemudian ashar, begitu juga maghrib dahulu baru isya.
·
Niat jamak
dilakukann pada sholat pertama.
·
Berurutan
antara keduanya, yakni tidak boleh disela dengan sholat sunah.
b)
Jamak takhir,
adalah kebalikan dari shalat jamak takdim yaitu shalat Zuhur dengan
‘Ashar dilaksanakan pada waktu ‘Ashar begitu pula dengan shalat Maghrib dan
‘Isya’ dilakukan pada waktu ‘Isya’.
Syarat
jamak takhir
·
Niat jamak takhir
dilaksanakan pada sholat pertama.
·
Masih dalam
perjalanan tempat datangnya waktu yang kedua.[11]
c.
Hadist-hadist
yang berkaitan dengan shalat jamak
عن معاذ قال: خرجنا مع انبي
ص في عزوة تبوك فكان يصلى الظحر والعصر جميعا ولمغرب والعشاء جميعا. رواه مسلم
Artinya: Dari
Mu`adz r.a., dia berkata: Kami keluar bersama Rasulullah saw. pada waktu
peperangan Tabuk, Beliau biasa sholat Zuhur dan ‘Ashar dengan jamak dan shalat
Maghrib dan ‘Isya` dengan jamak. (H.R. Muslim).
Hadis ini menerangkan kepada kita bahwasanya dibolehkan untuk
melaksanakan shalat jamak yaitu apakah itu shalat jamak taqdim atau shalat
jamak takhir.[12]
حد ثنا علي بن عبد الله قال حد ثن سفيان قال سمعت الز حرئ
عن سالم عن آبيه قال كان انبي صلى الله عليه وسلم يجمع بين المغرب والعشاء أذا حد
به السير
Artinya: Ali bin ‘Abdullah telah memberitahukan kepada kami, ia
berkata, Sufyan telah memberitahukan kepada kami, ia berkata, aku telah
mendengar Az-Zuhri, dari Salim, dari ayahnya ia berkata, Nabi saw., pernah
menjamak antara shalat maghrib dan ‘isya` bila terdesak (tergesaa- gesa) dalam
perjalanan.
وقال إبرهيم طهمان عن الحسين المعلم عن يحي بن كثير عن عكر مة عن ا بن عباس
رضي الله عنهما قال كان رسول الله صلي الله عليه وسلم يجمع بين صلاة الظهر والعصر
إذا كان على ظهر سير ويجمع بين المخرب والعشاء
Artinya: Dan
Ibrahim bin Thahman berkata, dari Al-Husain Al- Mu`alim, dari yahya bin Abi
Katsir, dari Ikhrimah, dari Ibnu Abbas r.a. ia berkata, “Rasulullah saw. menajamak
antara shalat zuhur dan ashar jika dalam perjalanan dan menjamak antara shalat
magrib dan isya’.
وعن حسين عن يحي بن أبى
كشير عن حفص بن عبيد الله بن أنس عن أنس بن مالك رضي الله عنه قال كان انبي صلى
الله عليه وسلم يجمع بين صلاة المغرب والعشاء في اسفر وتابعه علي بن المبرك وحرب
عن يحي عن حفص عن عنس جمع انبي صلي الله عليه وسلم
Artinya:
Dan dari Husain, dari Yahya bin Abi Katsir, dari Hafsh bin Ubaidullah bin
Anas, dari Anas bin Malik r.a. ia berkata: “Nabi saw. pernah menjamak antara
shalat magrib dan isya dalam perjalanan”. Ali bin Al-Mubarak dan Harb
mengikutkan riwayatnya dari Yahya, dari Hafsh, dari Anas bahwasanya Nabi saw.
menjamak shalat.
Syarah
hadistnya adalah :
Maksudnya menjamak shalat maghrib dan ‘isya’ di dalam perjalanan.
Bab ini menjelaskan tentang shalat jamak di dalam perjalanan. Apakah ini
termasuk rukshah (keringanan) dalam perjalanan secara mutlak
atau keringanan yang terikat. Dalam permasalahan ini terjadi perselisihan
pendapat dikalangan ulama.
Di antara ulama ada yang berkata, bahwa tidak boleh menjamak sholat
kecuali di dalam perjalanan. Pendapat Al-Imam Ibnu Al-Qayyim, adapun orang-
orang yang singgah di suatu tempat maka ia tidak menjamak shalatnya, mereka
beralasan bahwasanya hukum awal dari melaksanakan shalat adalah pada waktunya.
Yang sesuai dengan firman Allah didalam surah An-Nisa` ayat 103:
إِذا قَضَيْتُمُ الصَّلاةَ فَاذْكُرُوا اللَّهَ قِياماً وَقُعُوداً
وَعَلى جُنُوبِكُمْ فَإِذَا اطْمَأْنَنْتُمْ فَأَقِيمُوا الصَّلاةَ إِنَّ
الصَّلاةَ كانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتاباً مَوْقُوتاً
Artinya:
Maka apabila kalian telah menyelesaikan salat (kalian), ingatlah Allah di
waktu berdiri, di waktu duduk, dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kalian
telah merasa aman, maka dirikanlah salat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya
salat itu adalah fardu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.
(Q.S. An-Nisa’ ayat 103).
Rasululah menjamak apabila sedang di dalam perjalan, maka yang
diamalkan adalah menjamak shalat selama perjalanan. Hukum asalnya wajib
melaksanakan shalat pada waktunya. Akan tetapi di dalam perjalanan jamak adalah
sebuah keringanan dalam perjalanan, tetapi di dalam hal ini harus dibedakan,
yaitu orang yang sedang tergesa-gesa di dalam perjalanan, maka disunahkan
melaksanaknya, dan jika menetap hukumnya jatuh pada mubah atau dibolehkan.[13]
Jadi dari penjelasan di atas dan hadis-hadis di atas dapat kami
simpulkan bahwasanya shalat jamak merupakan shalat safar yaitu shalat yang dilaksanakan
pada saat di dalam perjalanan, kemudian shalat jamak ini pun diperkuat dengan
adanya bukti- bukti hadis yang telah dipaparkan di atas. Rasulullah juga pernah
melaksanakan shalat jamak di dalam perjalanan dalam keadaan tergesa-gesa.
d.
Tatacara pelaksanaan
shlat jamak
Tata cara pelaksanaan nya sama halnya dengan shalat biasa tidak ada
yang berubah kecuali dari niatnya, berikut cara peniatan di dalam shalat jamak
a)
Jamak takdim
·
اُصَلِّى
فَرْضَ الظُّهْرِاَرْبَعَ رَكْعَا تٍ مَجْمُوْعًا مَعَ العَصْرِ مَأْمُوْمًا/ امَامًا لِلهِ تَعَالَ
Artinya : Aku ( niat ) sholat fardu zuhur empat ( rakaat
) dengan menjamak kepadanya ashar
sebagai makmum/ imam karena Allah Ta`ala.
·
ا
صلى فر ض ا لمغر ب ثلا ث ر كعا ت مجمو عا اليه العثا ء ا دا ء لله تعا لى
Artinya : Aku ( niat ) sholat fardu maghrib tiga rakaat, dengan
menjamak isya kepadanya, Karena Allah Ta`ala.
b)
Jamak Takhir
·
اُصَلِّى
فَرْضَ العَصْرِاَرْبَعَ رَكْعَا تٍ مَجْمُوْعًا مَعَ الظُّهْرِ مَأْمُوْمًا/ امَامًا لِلهِ تَعَالَ
Artinya : Aku ( niat ) sholat ashar 4 ( rakaat ) dengan menjamak
kepadanya sholat dzuhur menjadi makmum / imam karena Allah Ta`la
·
اُصَلِّى
فَرْضَ العسا ء ِاَرْبَعَ رَكْعَا تٍ مَجْمُوْعًا مَعَ المخر بِ مَأْمُوْمًا/ امَامًا لِلهِ تَعَالَ
Artinya : Aku ( niat ) sholat isya empat ( rakaat ) dengan ,menjamak
kepadanya sholat maghrib menjadi makmum/imam karena Allah Ta`ala.
3)
Sholat qashar jamak
a.
Devenisi sholat
qashar jamak
Sholat
qashar jamak adalah sholat yang dilakukan oleh musafir dengan keadaan tertentu
yang mana disamping melaksanakan qashar jamak pun juga dilaksanakan.
b.
Hadist yang
berkaitan dengan shalat qashar jamak
عبدالوهاب بن عبدالحكم الو را ق البخد دى وا خبرتا يحي
بن سليم عن عبيد ا لله عن نفع عن ا بن عمر قا ل : سا فر ت مع ا
Abdul
wahab bin,abdul Hakam Al-warraq Al-
Baqhdadi menceritakan
kepada
kami, Yahya bin sulaim memberitahukan kepada kami (yang berasal ) dari
ubaidullah dari Nafi’dari ibdu Umar dimana dia berkata : Saya bepergian bersama
Nabi SAW, Abu bakar , Umar dan Utsman di mana mereka mengerjakan shalat zuhur
dan shalat ashar dua raka’at dua raka’at, mereka tidak mengerjakan shalat
sebelum dan sesudahnya niscaya saya dapat menyempurnakannya.[14]
[1] Abdurrasyid
Abdul Aziz Salim, Syarah Bulughul Maram;
Hadist Hukum-hukum
(IslamSurabaya: Halim
Jaya Surabaya, 2005 ) , hal. 217.
[2] Ahmad Mahalli
Mudjab, Hadist-hadist Muttafaq `Alaih
Bagian Ibadah, (Jakarta: Prenada
Media, 2003). Hal 350-351.
[3] Adib Bisri
Musthofa, dkk, Tarjamah Muwaththa’
Al-Imam Malik r.a., (Semarang: Asy-Syifa`, 1992 ). Hal 198-204.
[4]Labib Mz, Tuntunan Sholat Lengkap, (Jakarta:
Sandro Jaya, 2005 ), hal 91.
[5] Muhammad
Abubakar, Terjemahan Subulus Salam II; Hadits-hadits Hukum, (Surabaya:
Al- Ikhlas, 1991), hlm. 151.
[6]
Al-Albani Muhammad Ashiruddin, Mukhtashar
shahih muslim buku 1, (Jakarta : Pustaka Azzam, 2013 ). Hal324
[7] Hassan,
A., Tarjamah Bulughul maraam, (
Bandung, Diponegoro, 1999 ) hal 203
[8]
Al-Hafizh bin Hajar Al-Asqalam, TERJEMAH
BULUGHUL MARAM, hal 198
[9] Kahar
Masyhur, BULUGHUL MARAM ( JILID 1 ), ( Jakarta,
Rineka Cipta, 1992 ). Hal 190
[10] Abu Masyhad , Tuntunan
Shalat Lengkap, (Semarang: MG, 1408 H), Hal. 86.
[11] Labib
Mz, Tuntunan Shalat Lengkap, ( Jakarta, sandro jaya, 2005 ), hal 92
[12] Hassan, A., Tarjamah Bulughul Maraam: Ibnu Hajar
Al-`Asqalani, (Bangil: Pustaka
Tamaam, 1985 ). Hal 249-250.
[13] Muhammad bin
Shahih Al-Utssaimin, Syarah Shahih
Al-Bukhari: (Jilid 4), (Jakarta Timur:
Darus Sunnah Press, 2011 ),
Hal. 235-237.
[14]
Muhammad Isa bin Surah At-Tirmidzi, Terjemah
Sunan At-thirmidzi, (Semarang, Asy-Syifa`, 1992 ) hal 663-664
Tidak ada komentar:
Posting Komentar