DINASTI
MUWAHIDUN (524-667 H/1130-1269 M)
Almohadiyah atau
Al-Muwahhidun muncul sebagai reaksi dari Al-Murabbittun yang dianggap telah
melakukan banyak penyimpangan dalam aqidah, berkembang di Afrika Utara berpusat
di Marakesy pada masa itu berfunngsi sebagai pusat aktifitas politik, kehidupan
sosial dan kebudayaan. Kondisinya digambarkan oleh Ibn Abi Zar tidak kalah
pentingnya dengan Baghdad pada masa awal Abbasiyah.
Pada masa akhir Murabbittun, Abdullah ibn
Tumart, seorang sufi masjid Cordova, melihat sepak terjang kaum Murabbittun, ia
ingin memperbaikinya. Ia kemudian berangkat ke Baghdad menambah ilmu kepada
imam al-Ghazali. Setelah dirasa memadai ia kembali tinggal di maroko. Disitu ia
mulai mengkritik dan mulai mencela perbuatan raja-raja Murabbitun yang
bermasalahan dengan syariat agama Islam, yang menurut fahamnya tidak mengikuti
sunnah Rasul. Ia juga mendakwakan dirinya sebagai al-Mahdi yang akan
membangkitkan kebenaran dan keadilan. Maka banyaklah pengikutnya. Setelah
banyak pengikutnya ia memprogandakan ajarannya yang perpaham tauhid menentang
kekafiran dan pengikutnya disebut Muwahhiddun (bala tentara tauhid).
Meskipun Ibn Tumart dianggap sebagai
pencetus gerakan Muwahhidun, namun ia sendiri tidak pernah menjadi sultan. Yang
lebih terkenal adalah Abd al-Mu’min yang awalnya sebagai wakil yang
berkedudukan sebagai panglima. Ia akhirnya memimpin dinasti al-Muwahhidun
selama 33 tahun (1130-1163) dengan membawa kemajuan pesat.
Ibn Tumart sebagai pencetus, mula-mula
pergi ke Tanmal di wilayah Sus untuk menyusun kekuatan. Yang pertama dilakukan
adalah membrantas paham
Golongan Murabbitun yang menyimpang,
menyerukan kemurnian tauhid menentang kekafiran, antrophomoprpisme dan mengajak ummat menjalankan amar ma’ruf nahi
munkar walau harus dengan kekerasan. Murid-muridnya disuruh membuat benteng
agar sukar bagi musuh hendak memasukinya.[1]
Di Tanmal inilah Ibn Tumart merumuskan
sistem militernya sebagai organisasi pemerintahan. Disusunlah tiga dewan yang
terdiri dari:
Dewan menteri ( ahl al-syarah / ahl
al-jama’ah ) terdiri dari sepuluh orang. Yang masuk kedalam sebagai kepala dari
kalangan murid-murid. Di antara sepuluh orang itu, seorang murid bernama Abdul
Mu’min.
Dewan Majelis pemuka suku yang menjadi
wakil tiap suku. Jumlahnya ada lima puluh orang (Al-khamsin).
Majelis rakyat, terdiri dari para murid
(al-thalabah), para keluarga al-Mahdi (ahl al-dar), qabilah Hurgh dan ahl
Tanmaal.
Kebijaksanaan
yang ditetapkan adalah menghormati Undang-Undang dan peraturan, bersifat
terpuji, shalat tepat waktu, melaksanakan wirid dan mentaati buku aqidah
Muwahhidiyah. Dengan demikian Almohad adalah gerakan politik keagamaan. Setelah
Ibn Tumart meninggal tampak kepemimpinan beralih kepada al-Mu’min, lahir di
Tlemcen (Al-jazair). Dari suku Zahata. Awal kepemimpinannya diarahkan kepada
dua hal pemasyarakatan ajaran Muwahhidiyah ke seleuruh qabilah di Maghribi, dan
mengakhiri kekuasaan Murabbitun. Pada tahun 1137 semua qabilah yang ada
dinegeri Tanmal dan negeri Shal mengikuti tunduk kepadanya dan berjanji sumpah
setia.
Tahun 1144-1146 ia dapat menduduki
Tlemcen, Fez Ceuta, Tangier dan Aghmat dari Murabbitun. Selanjutnya dikuasainya
Spayol dan raja-raja kecil (Muluk al-Thawaif) tahun 1145. Akhirnya pada tahun
1147 seluruh wilayah Murabbitun menjadi wilayah kekuasaannya. Perluasan
dilanjutkannya ke Aljazair (1152), Tunisia, Tripoli, terus ke Qoiruwan dan
Mahdiah.
Al-Mu’min digantikan oleh Ya’kub
Yusuf (1163-1184 M). Pada masa pemerimtahannya ia berhasil mengusai Toledo 565
H/1170 M dan bagian Barat Andalusn(1180 M). Pada tahun 1156 M ia menaklukan
Almeria, tahun 1156-1160 menaklukan Granada dan negeri-negeri sampai ke lembah
Jeni, memerangi orang Kristen.
Abu Ya’kub digantiakn Abu Yusuf
al-Manshur (1184-1199). Al-Manshur mencatat kemenangan atas penduduk bani Hamad
di Bajaya setelah ia meminta bantuan
Bahuddin, panglima Shalahuddin al-Ayyubi 584 H/ 1184 M. Tahun 1195 Abu Yusuf
Ya’kub berhasil mematahkan kekuatan Alfonso VIII setelah mengusai Toledo dan
akhirnya kembali ke Sevilla (sebagai ibu kota baru).
Al-Manshur digantikan Muhammad
al-Nashir. Ia dikalahkan dalam pertempuran di Taulose. Sejak itu kerajaan
Muwahhidun melemah, Orang Kristen yang pernah takluk membrontak. Sebab itu
habislah kekuasaanya di Andalus. Tahun 1242 wali negeri Tunisia melepaskan diri
dan mendirikan kerajaan bani Hafash.
Pada Zaman Muwahhidun Andalus
mencapai puncaknya, terutama pada zaman Al-Mu’min, perkembangan peradaban
Islam, terutama pengembangan ilmu, semarak lagi Tercatat para cendikiawan
muslim yang terkenal adalah Ibn Bajjah (533 H/1139 M). Ia seorang ahli filsafat
dan musik, disebut Avenpace dan Abenpace. Selain itu ada Ibn Tufayl (Abebacer), seorang
dokter istana Muwahhidun pada masa Abu Ya’qub Yusuf. Ia dikenal juga dengan
nama Al-Andalusia, Al-Kurtubi, Al-Isybili (581
H/ 1185-1186 M). Cendekiawan yang lebih terkenal adalah seorang filosof,
dokter, ahli matematika, ahli hukum, juga seoorang polemik. Tahun 578 H ia
menggantikan Ibn Tufayl sebagai kepala tabib (dokter istana) pada masa Abu
Ya’kub Yusuf. Ia juga seorang qadhi di Cordova.
Selain itu bidang arsitektur juga
maju dengan didirikannya menara Giralda di Sevilla, Rabitul Fath yang meniru
gaya Alexandria, juga dengan mendirikan rumah sakit di Marakesy yang tidak
tertandingi.
Daulah Muwahhidun juga mengadakan
hubungan dagang yang luas terutama dengan pulau-pulau diseputar Italia seperti
Genoa, Pisa, Merseille, Vanice, dan Sisilia. Setelah mengalami kejayaan selama
satu abad (1133-1169 M) dinasti Muwahhidun mengalami masa kemunduran dan
akhirnya hancur.[2]
Kedua daulah Murabithun dan
Muwahhidun, dianggap sebagai pendiri gerakan pembaruan yang kuat dalam Islam di
Maghrib Al-Arab dan Andulusia. Karena masing-masing keduanya telah menyebarkan
para ahli fiqihhnya kesemua penjuru. Lalu hiduplah Maroko dan Andulusia dengan
pemikiran dan syiar-syiarnya hingga beranjak menjadi besar dalam beberapa
dekade, sampai menjadi sebuah negara yang memiliki kekuatan dahsyat.
Terciptanya kelompok umat islam lalu menjadi masyarakat Muslim, kemudian
menjadi negara yang besar. Masing-masing keduanya mengangkat tinggi panji-panji
Islam.
Seorang peneliti menilai, termasuk
hal penting yang harus kita perhatikanadalah rahasia-rahasia dari kedua gerakan
tersebut serta faktor-faktor penyebab munculnya gerakan tersebut dengan
memperhatikan pula latar belakang sejarahnya, agar kita bisa mengambil faedah
dan juga menata laju gerakan perbaikan yang sesuai dengan kebutuhan sekarang
ini.
Kedua daulah itu didirikan atas
pikiran perjuangan fi sabilillah.
Tumbuhlah kedua daulah ini dengan pemikiran tersebut dan negara lain lebih
semangat mengikutinya. Hingga akhirnya gerakan Murabithun, yang disusul oleh
Al-Muwahhidun bisa mengusai sampai ke pelosok Maroko seluruhnya. Kembalilah ke
pemeluknya tentang pemahaman islam yang benar. Jadilah para tokoh dan pemimpin
kedua daulah tersebut kepada keadaan sangat haus untuk berjuang fi sabilillah.
Sebenarnya para pemimpin
Al-Murabithun cepat tanngap untuk menolong umat Islam di Andalusi dan mau
menyebrang Selat Gibraltar (Jabal Thariq)
yang terjal dengan tentaranya yang besar serta mau bergabung dengan pihak kaum
Muslimin di Andalusaia. Lalu terjadilah pertempuran yang dahsyat dan
melelahkan, yang dikenal dengan pertempuran Az-Zalaqah, sebagaimana telah
disebutkan sebelumnya yang terjadi pada tahum 479 H. Dalam pertempuran ini
tentara Muslimunlah yang memperoleh kemenangan dengan di pimpin lngsung oleh
Yusuf bin Tasyifin, seorang pemimpin daulah Murabithun. Pemimpin atau raja ini
disusul juga oleh anak-anaknya bernama Ali bin Yusuf lalu diganti Oleh Tasyifin
bin Ali mampu menjaga negeri Andalusia tanpa halangan apapun. Ketiga pemimpin
ini telah menikmati pemerintahan yang aman dan stabil selama dua setengah abad.
Kemudian setelah mereka, datanglah
orang-orang Al-Muwahhidun untuk mengusai daulah Murabithun dan menempati posisi
mereka di Maroko dan Andalusia. Mereka mengambil alih dalam menghadang tentara
Nasrani yang telah bergabung dengan pasukan salibis lainnya yang datang dari
beberapa negara Eroa dengan maksud mengusai Toledo yang baru dibawah Martin de
Basirja yang telah menyulut tentara kavaleri Barat untuk melawan orang-orang
Islam.
Berhadapanlah tentara-tentara
Al-Muwahhidun melawan tentara besar Nasrani, lalu para tentara Al-Muwahhidun
berhasil mengalahkan mereka dalam pertempuran yang terkenal dengan Perang Arak pada
tahun 591 H.
Namun umat Islam justru terlihat
enggan berjihad dan memilih untuk berfoya-foya serta menuruti hawa nafsunya
setelah itu. Krisis moral dan perilaku yang jauh dari batasan norma agama mulai
menjangkiti kaum muslimin. Inilah Awal kehancuran dari sebuah negara.
Pemerintahan daulah Muwahhidun mulai mengalami kemerosotan setelah terjadi
penyerangan pada pertempuran Al-Iqab di tahun 609 H. Penyerangan ini
mengabitkan kekalahan di pihak Al-Muwahhidun. Setelah kekalahan tersebut tidak
ada lagi pemerintahan bagi Al-Muwahhidun dan bahkan negara ini terpecah menjadi
beberapa negara-negara kecil yang baru itu melepaskan diri dan merdeka.
Berakhirlah pemerintahan Daulah
Al-Muwahhidun dari Andalusia Negri muslim itu kemudian berada dalam kondisi Vacum tanpa ada yang menjaga dan
membelanya lagi.
Pada periode Spanyol Islam meskipun masih
terpecah dalam beberapa negara, tetapi terdapat satu kekuatan yang dominan,
yaitu kekuasaan dinasti Murabithun (1086-1143) dan dinasti Muwahhidun
(1146-1235 M). Dinasti Murabithun pada mulanya adalah sebuah gerakan agama yang
didirikan oleh Yusuf ibn Tasyfin di Afrika Utara. Pada tahun 1062 M. Ia
berhasil mendirikan sebuah kerajaan yang berpusat di Marakesy. Ia masuk ke
spanyol atas “undangan” penguasa-penguasa Islam disana yang tengah memikul
beban berat perjuangan mempertahankan negeri-negerinya dari serangan
orang-orang kristen. Ia dan tentaranya kan memasuki Spanyol pada tahun 1086 M
dan berhasil mengalahkan pasukan Castilia. Karena perpecahan dikalangan
raja-raja Musli, Yusuf melangkah lebih jauh untuk mengusai Spayol dan ia
berhasil untuk itu. Akan tetapi, penguasa-penguasa sesudah ibn Tasyfin adalah
raja raja yang lemah pada tahun 1143 M, kekuasaan dinasti ini berakhir, baik di
Afrika Utara maupun di Spanyol dan digantikan oleh dinasti Muwahhidun. Pada
masa dinasti Murabithun, Saragossa jatuh ke tangan Kristen, tepatnya tahun 1118
M. Di spayol sendiri, sepeninngal dinasti ini pada mulanya muncul kembali
dinasti-dinasti kecil, tapi hanya berlangsung tiga tahun. Pada tahun 1146 M
penguasa dinasti Muwahhidun yang berpusat di Afrika Utara merebut daerah ini.
Muwahhidun didirikan oleh Muhammad ibn Tumart (w. 1128). Dinasti ini datang ke
Spanyol dibawah pemimpin Abd Al-Mun’in. Antara tahun 1114 dan 1154 M, kota-kota
Muslim penting, Cordova, Almeria, Dan Grananda, jatuh kebawah kekuasaannya.
Untuk jangka beberapa dekade, dinasti ini mengalami banyak kemajuan.
Kekuatan-kekuatan Kristen dapat dipukul mundur. Akan tetapi tidak lama setelah
itu, Muwahhidun mengalami keambrukan pada tahun 1212 M, tentara kristen
memperoleh kemenangan besar di Las Navas de Tolesa. Kekalahan-kekalahan yang
dialami Muwahhidun menyebabkan penguasanya memilih untuk meninggal kan Spanyol
kembali runyam, berada dibawah penguasa-penguasa kecil. Dalam kondisi demikian,
umat islam tidak mampu bertahan dari serangan-serangan Kristen yang semakin
besar. Tahun 1238 M Cordova jatuh ketangan penguasa Kristen dan Seville jatuh
tahun 1248 M. Seluruh Spanyol kecuali Granada lepas dari kekuasaan Islam.[3]
Pada
pertengahan abad ke-13, satu-satunya kota penting yang masih dikuasai Islam
adalah Granada dibawah pemerintahan Gani Ahmar. Awalnya orang-orang Kristen
membiarkan Dinasti Ahmar di Granada tetap eksis dengan persetujuan bahwa orang
muslim harus membayar pajak pada penguasa Kristen. Akan tetapi, setelah terjadi
perselisihan antara mereka telah bersatunya orang-orang Kristen, proyek
kekuasaan Dinasti Ahmar menjadi gelap. Di pihak lain terjadi konflik internal
ditubiuh Ahmar, Yakni perebutan kekuasaan yang berakhir perang saudara dan
dinasti menjadi terpecah. Sejak saat itu, kekuatan Islam semakin melemah dan
semakin mempercepat tamatnya riwayat umat Islam Spanyol. Pada tahun 1492,
satu-satunya wilayah Islam di Spanyol akhirnya jatuh ketangan orang Kristen.
Setelah
penaklukan Granada, orang-orang Islam mengalami nasib yang sangat menyedihkan.
Pada tahun 1556, penguasa Kristen melarang pakaian Arab dan Islam di seluruh
wilayah Spanyol bahkan pada tahun 1556, bahasa Arab tidak boleh digunakan
diwilayah ini.[4]
Beberapa
kelemahan Al-Muwahhidun:
Jika kita mau menambah tentang
kelemahan-kelemahan baik dilihat dari dekat atau jauh terkait kegoncangan yang
menimpa kaum muslimin di Andalusi dan pasca jatuhnya negeri tersebut ke tangan
orang-orang Spanyol, kami katakan, “Sesungguhnya pemerintahan Al-Murabithun
secara khsusus tidak mengalami kemerosotan atau kegoncangan yang dahsyat dan
dapat mempengaruhi keberadaan kaum Muslimin di Andalusia, hingga jatuhnya
pemerintahan tersebut. Namun jatuhnya Andalusia dan kaum musliumin disana yang
masih baru itu terjadi pada masa pemerintahan Al-Muwahhidun.
Revolusi yang melanda Andalusia
berjalan dengan cepat mulai dari timur sampai barat. Itu bukanlah kareana
keberadaan pemerintahan Al-Muwahhidun,
bukan pula karena melemahnya kekuatan pemerintah Al-Murabithun dalam menjaga
Andalusia dari beberapa serangan dan perusakan orang-orang Nasrani saja.
Melainkan karena adanya faktor-faktor melawan pemerintahan Al-Murabithun yang
memang sudah ada sejak dulu, yaitu sejak dari permulaan pendudukan
Al-Murabithun sendiri, sejak adanya ide pemikiran nasionalisme dan munculnya
kepribadian bangsa Andalusia dengan membangun kekuatan pasukan secara
besar-besaran dari kelompok pribumi mereka.
Kelompok pribumi Andalusia melihat
orang-orang Al-Murabithun yang telah mencapai banyak kemajuan, dimana mereka
menang dalam pertempuran Az-Zalaqah. Setelah terjadi pertumpahan dalam hal
persaudaraan, dari sebagai penyelamat Andalusia menjadi penakluk, akhirnya
berubahlah pandangan penduduk pribumi Andalusia kepada orang-orang
Al-Murabithun. Orang-orang pribumi ini melihat mereka sebagai orang-orang asing
yang merampas negaranya dengan menggunakan ide jihad melanggengkan dan
menyebarkan kekusaannya pada penduduk Andalusia.
1. Jatuhnya
Saragoza
Jatuhnya Saragoza termasuk titik bagian
kelemahan dalam militer Al-Murabithun. Saragoza merupakan daerah yang berada
dilembah atas Timur Laut Andalusia dan
merupakan markas bagi para pemimpin tawanan Arab yang diwakili oleh Bani Hasyim
At-Tajibun dan para pegawainya dari Bani Hud, hingga datanglah orang-orang
Al-Murabithun. Saragoza merupakan pangkalan militer terakhir yang jatuh dari
tangan Al-Murabithun.
Kota Saragoza menempati daerah terpenting
kareana stategis. Mungkin juga karena Raja Al-Murabithun pertama. Yusuf bin
Tasyifin. Telah mengetahui strateginya tempat tersebut, maka ia bekerja sungguj
untuk memperbaikinya agar menjadi tempat yang benar-benar strategis. Sugguh ia
telah berpesan tiga perkara kepada anaknya Ali tatkala membuatnya untuk memikul
jabatan khalifah. Ketiga pesan itu adalah; Pertama,
berdamai dengan Bani Hud yaitu para pemimpin Saragoza dan membiarkan mereka
sebagai penengan antara diri Ali dan orang-orang Nasrani. Kedua,membangun tentara Al-Murabithun yang kuat dan kokoh dengan
jumlah tujuh belas ribu pasukan berkuda yang disebarkan ke beberapa daerah
negara-negara kecil dan pelosok Andalusia. Ketiga,
mengangkat orang-orang Nasrani, sebab merekalah orang yang lebih tahu dan kenal
tentang keadaan orang-orang Nasrani dan banyak pengalaman dalam bertempur
melawan mereka dari pada orang-orang Al-Murabithun.
Dari
wasiat ini menjelaskan kepada kita akan posisi Saragoza yang sangat strategis
dan jiwa nasionaliesme yang sudah dirasakan oleh raja Al-Murabithun ini sejak
dulu. Letaknya stategis adalah, jauhnya Saragoza dari tengah wilayah Andalusia
dan pusat pemerintahan, sehingga ia menjadi benteng atas wilayah bagian kiri
untuk suungai Eproa, juga sebagai penyangga pagar-pagar benteng yang tinggi.
Itu semuanya terkadang bisa membantu pihak luar untuk menghadapi pemerintahan
pusat di Cordova. Adapun sisi strategis lain dari Saragoza adalah, kota ini
menjadi pemisah alami antara tanah kaum muslimin dan wilyah orang-orang
Nasrani.
Keberadaan
kerjaan Saragoza yang islam di antara kerajaan-kerajaan Nasrani, itu bagaikan
kerajaan Barcelona dari sebelah Timur. Juga seperti dua kerajaan yaitu Arogan
dan Naverra yang menempati wilayah disebelah Utara. Sementara Kerajaan Kastilia
di sebelah Barat telah mewajibkan kepada penduduknya agar mengikuti tetangganya,
yaitu orang-orang Nasrani, dengan politik khusus bisa yang bisa mengalahkan
mereka dengan damai dan tenang. Kepatuhan itu kadang kali tergambar dalam
membayar jizyah. Di tambah lagi, para raja Saragoza juga banyak memperkerjakan
orang-orang Nasrani yang digaji dalam militer mereka. Bahkan terkadang mereka
juga membangun koalisasi dengan raja-raja Nasrani.
2. Kekalahan
dalam perang Al-Iqab ( Las Navas de Tolosa ) Bukti kelemahan pada pucuk
Pimpinana Militer Al-Muwahhidun.
Pada tahun 596 H atau 1199 M, khalifah Muhammad An-Nashr LiDinillah telah
memimpin urusan pemerintahan Al-Muwahhidun stelah meninggalnya ayahnya yaitu
Al-Manshur sang pahlawan perang Arch di tahun 591 H atau 1194 M. Lalu An-Nashir
disibukkan oleh beberapa kejadian yang ada di afrika dan Maroko, yaitu sebuah
usaha menciptakan fitnah didalam negeri terutama revolusi Bani Ganiyah yang
telah lama berjalan melawan Al-Muwahhidun selama 12 tahun lamanya.
Kesibukan Al-Muwahhidun
dengan beberapa kejadian di Afrika ini telah memberikan kesempatan kepada
beberapa kerajaan Nasrani untuk memulai beberapa pertempuran yang dapat
memberikan pukulan terhadap negeri-negeri Islam Andalusia. Raja Kastilla stelah
tidak berhasil dalam serangannya pada pertempuran Arch, ingin membalas dendam
kepada umat Islam untuk menghilangkan sakit hati atas musibah kekalahan yang
dialami oleh para tentara Nasrani.
Keluarlah Raja Kastilia,
Alfonso VIII, dengan membawa bala tentaranya untuk melanggar perjanjian yang
telah disepakatinya dengan pemerinmtahan Al-Muwahhidun pasca perang Arch. Ia
datang untuk menaklukan daerah-daerah strategis kaum muslimin. Ia berjalan
dengan pasukannya menuruni daerah-deerah umat islam, lalu membakar ladang dan
persawahan, merusak pekarangan, membunuh dan menawan penduduknya, mengusai
beberapa benteng, dan melancarkn beberapa serangan kepada orang Islam dengan
serangan yang dahsyay dengan menimbulkan banyak korban dan kekalahan.
Diwaktu yang sama daerah
Timur Andalusia Islam telah mengahadapi banyak gempuran dan Bidru II Raja
Arogan yang melakukan penyisiran ke arah selatan ditanah-tanah wilayah Valencia
Utara dan membuat banyak kerusakan serta mengusai banyak benteng Islam di
daerah tersebut. Ketika itu, Orang-orang islam Andalusia berteriak-teriak
mengadu atas serangan dahsyat yang mematikan itu. Orang-orang islam ini
menyebrang meminta bantuan dan memohon kepadanya agar mereka diselamatkan dari
keganasan pasukan Nasrani. Lalu An-Nashir mengirim beberapa utusan kepada
Alfonso VIII memprotes pelanggaran perjanjian yang telah mereka sepakati sebelumnya
Namun Alfonso tetap tidak menanggapinya dan terus melanjutkan api perang serta
menabuh genderang pertempuran.
Situasi tidak kondusif
yang menyelimuti pemerintahan Al-Muwahhidun dengan banyaknya fitnah dari dalam
dan adanya perlawanan yang menentang pemerintah mereka, terutama adanya
revolusi dari Bani Ghaniyah di Afrika yang bisa menggerogoti pemerintahan dalam
segala bidang, menyebabkan pudarnya semangat jiohad di Andalusia selama 12
tahun. Ini juga yang menjadikan Alfonso VIII dan raja Nasrani menyebar dan
menerkam serta menyapu bersih negri-negri Islam dengan congkaknya.
Mengdapi situasi yang
tidak menguntungkan bagi pemerintahan Al-Muwahhidun tersebut, memberikan
keuntungan tersendiri bagi hubungan negara-negara Nasrani Andalusia satu sama
lainnya. Dalam waktu yabg tidak terlalu lama setelah kekalahan mereka di
pertempuran Arch, akhirnya mereka menyatukan barisan dan membuang rasa
perbedaan dan pertentangan yang dulunya pernah mencabik-cabik persatuan mereka.
Setelah selesai akad perjanjian antara Kastilia dan Lion, Lalu antara Kastilia
dengan Navarre tahun 1207 M, kemudian antara Navarre dan Arogan pada tahun 1209
M, menyebabkan terjadinya kesaman pemahaman dan keselarasan antara mayoritas
kerajaan Nasrani di Andalusia Hal ini mejadikan Alfonso VIII lebih tenang dan
ada harapan dalam membantu para sekutunya ketika ia mengambil tindakan untuk
menyerang pemerintahan Islam.[5]
Sebab-sebab Kekalahan:
a. Lemahnya
semangat juang para tentara Al-Muwahhidun.
b. An-Nashir
terlalu sombong dengan jumlah tentaranya yang banyak.
c. Lemahnya
sistem perbekalan (logisistik) pada tentara.
#TULISAN INI JAUH DARI KATA SEMPURNA KARENA SEMPURNA ITU HANYA MILIK ALLAH SEMATA.
[1] Hj.
Musyrifah Sunanto, Sejarah islam klasik
perkembangan ilmu pengetahuan islam Bogor:Kencana, 2003) h.137-139
[2] Hj.
Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik
perkembangan ilmu pengetahuan Islam, Bogor: Kencana, 2003) h:139-143
[3] Dedi
Supriyadi, M.Ag, Sejarah Peradaban Islam, Bandung:Pustaka Setia, 2008)
hal.98-99
[4] Dr.
Badri Yatim, M.A, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta:Rajawali Pers, 2014)
hal.125-126
[5] Dr.
Fathi Zaghrut, Bencana-bencana besar
dalam sejarah islam,(jakarta; pustaka Al-kautsar,2014), h. 584-604
Tidak ada komentar:
Posting Komentar