Senin, 08 Juli 2019

DINASTI MUWAHIDDUN



DINASTI MUWAHIDUN (524-667 H/1130-1269 M)
Almohadiyah atau Al-Muwahhidun muncul sebagai reaksi dari Al-Murabbittun yang dianggap telah melakukan banyak penyimpangan dalam aqidah, berkembang di Afrika Utara berpusat di Marakesy pada masa itu berfunngsi sebagai pusat aktifitas politik, kehidupan sosial dan kebudayaan. Kondisinya digambarkan oleh Ibn Abi Zar tidak kalah pentingnya dengan Baghdad pada masa awal Abbasiyah.
Pada masa akhir Murabbittun, Abdullah ibn Tumart, seorang sufi masjid Cordova, melihat sepak terjang kaum Murabbittun, ia ingin memperbaikinya. Ia kemudian berangkat ke Baghdad menambah ilmu kepada imam al-Ghazali. Setelah dirasa memadai ia kembali tinggal di maroko. Disitu ia mulai mengkritik dan mulai mencela perbuatan raja-raja Murabbitun yang bermasalahan dengan syariat agama Islam, yang menurut fahamnya tidak mengikuti sunnah Rasul. Ia juga mendakwakan dirinya sebagai al-Mahdi yang akan membangkitkan kebenaran dan keadilan. Maka banyaklah pengikutnya. Setelah banyak pengikutnya ia memprogandakan ajarannya yang perpaham tauhid menentang kekafiran dan pengikutnya disebut Muwahhiddun (bala tentara tauhid).
Meskipun Ibn Tumart dianggap sebagai pencetus gerakan Muwahhidun, namun ia sendiri tidak pernah menjadi sultan. Yang lebih terkenal adalah Abd al-Mu’min yang awalnya sebagai wakil yang berkedudukan sebagai panglima. Ia akhirnya memimpin dinasti al-Muwahhidun selama 33 tahun (1130-1163) dengan membawa kemajuan pesat.
Ibn Tumart sebagai pencetus, mula-mula pergi ke Tanmal di wilayah Sus untuk menyusun kekuatan. Yang pertama dilakukan adalah membrantas paham
 Golongan Murabbitun yang menyimpang, menyerukan kemurnian tauhid menentang kekafiran, antrophomoprpisme dan mengajak ummat menjalankan amar ma’ruf nahi munkar walau harus dengan kekerasan. Murid-muridnya disuruh membuat benteng agar sukar bagi musuh hendak memasukinya.[1]



Di Tanmal inilah Ibn Tumart merumuskan sistem militernya sebagai organisasi pemerintahan. Disusunlah tiga dewan yang terdiri dari:
Dewan menteri ( ahl al-syarah / ahl al-jama’ah ) terdiri dari sepuluh orang. Yang masuk kedalam sebagai kepala dari kalangan murid-murid. Di antara sepuluh orang itu, seorang murid bernama Abdul Mu’min.
Dewan Majelis pemuka suku yang menjadi wakil tiap suku. Jumlahnya ada lima puluh orang (Al-khamsin).
Majelis rakyat, terdiri dari para murid (al-thalabah), para keluarga al-Mahdi (ahl al-dar), qabilah Hurgh dan ahl Tanmaal.
Kebijaksanaan yang ditetapkan adalah menghormati Undang-Undang dan peraturan, bersifat terpuji, shalat tepat waktu, melaksanakan wirid dan mentaati buku aqidah Muwahhidiyah. Dengan demikian Almohad adalah gerakan politik keagamaan. Setelah Ibn Tumart meninggal tampak kepemimpinan beralih kepada al-Mu’min, lahir di Tlemcen (Al-jazair). Dari suku Zahata. Awal kepemimpinannya diarahkan kepada dua hal pemasyarakatan ajaran Muwahhidiyah ke seleuruh qabilah di Maghribi, dan mengakhiri kekuasaan Murabbitun. Pada tahun 1137 semua qabilah yang ada dinegeri Tanmal dan negeri Shal mengikuti tunduk kepadanya dan berjanji sumpah setia.
            Tahun 1144-1146 ia dapat menduduki Tlemcen, Fez Ceuta, Tangier dan Aghmat dari Murabbitun. Selanjutnya dikuasainya Spayol dan raja-raja kecil (Muluk al-Thawaif) tahun 1145. Akhirnya pada tahun 1147 seluruh wilayah Murabbitun menjadi wilayah kekuasaannya. Perluasan dilanjutkannya ke Aljazair (1152), Tunisia, Tripoli, terus ke Qoiruwan dan Mahdiah.
            Al-Mu’min digantikan oleh Ya’kub Yusuf (1163-1184 M). Pada masa pemerimtahannya ia berhasil mengusai Toledo 565 H/1170 M dan bagian Barat Andalusn(1180 M). Pada tahun 1156 M ia menaklukan Almeria, tahun 1156-1160 menaklukan Granada dan negeri-negeri sampai ke lembah Jeni, memerangi orang Kristen.
            Abu Ya’kub digantiakn Abu Yusuf al-Manshur (1184-1199). Al-Manshur mencatat kemenangan atas penduduk bani Hamad di Bajaya  setelah ia meminta bantuan Bahuddin, panglima Shalahuddin al-Ayyubi 584 H/ 1184 M. Tahun 1195 Abu Yusuf Ya’kub berhasil mematahkan kekuatan Alfonso VIII setelah mengusai Toledo dan akhirnya kembali ke Sevilla (sebagai ibu kota baru).
            Al-Manshur digantikan Muhammad al-Nashir. Ia dikalahkan dalam pertempuran di Taulose. Sejak itu kerajaan Muwahhidun melemah, Orang Kristen yang pernah takluk membrontak. Sebab itu habislah kekuasaanya di Andalus. Tahun 1242 wali negeri Tunisia melepaskan diri dan mendirikan kerajaan bani Hafash.
            Pada Zaman Muwahhidun Andalus mencapai puncaknya, terutama pada zaman Al-Mu’min, perkembangan peradaban Islam, terutama pengembangan ilmu, semarak lagi Tercatat para cendikiawan muslim yang terkenal adalah Ibn Bajjah (533 H/1139 M). Ia seorang ahli filsafat dan musik, disebut Avenpace dan Abenpace.  Selain itu ada Ibn Tufayl (Abebacer), seorang dokter istana Muwahhidun pada masa Abu Ya’qub Yusuf. Ia dikenal juga dengan nama Al-Andalusia, Al-Kurtubi, Al-Isybili (581        H/ 1185-1186 M). Cendekiawan yang lebih terkenal adalah seorang filosof, dokter, ahli matematika, ahli hukum, juga seoorang polemik. Tahun 578 H ia menggantikan Ibn Tufayl sebagai kepala tabib (dokter istana) pada masa Abu Ya’kub Yusuf. Ia juga seorang qadhi di Cordova.
            Selain itu bidang arsitektur juga maju dengan didirikannya menara Giralda di Sevilla, Rabitul Fath yang meniru gaya Alexandria, juga dengan mendirikan rumah sakit di Marakesy yang tidak tertandingi.
            Daulah Muwahhidun juga mengadakan hubungan dagang yang luas terutama dengan pulau-pulau diseputar Italia seperti Genoa, Pisa, Merseille, Vanice, dan Sisilia. Setelah mengalami kejayaan selama satu abad (1133-1169 M) dinasti Muwahhidun mengalami masa kemunduran dan akhirnya hancur.[2]
            Kedua daulah Murabithun dan Muwahhidun, dianggap sebagai pendiri gerakan pembaruan yang kuat dalam Islam di Maghrib Al-Arab dan Andulusia. Karena masing-masing keduanya telah menyebarkan para ahli fiqihhnya kesemua penjuru. Lalu hiduplah Maroko dan Andulusia dengan pemikiran dan syiar-syiarnya hingga beranjak menjadi besar dalam beberapa dekade, sampai menjadi sebuah negara yang memiliki kekuatan dahsyat. Terciptanya kelompok umat islam lalu menjadi masyarakat Muslim, kemudian menjadi negara yang besar. Masing-masing keduanya mengangkat tinggi panji-panji Islam.
            Seorang peneliti menilai, termasuk hal penting yang harus kita perhatikanadalah rahasia-rahasia dari kedua gerakan tersebut serta faktor-faktor penyebab munculnya gerakan tersebut dengan memperhatikan pula latar belakang sejarahnya, agar kita bisa mengambil faedah dan juga menata laju gerakan perbaikan yang sesuai dengan kebutuhan sekarang ini.
            Kedua daulah itu didirikan atas pikiran perjuangan fi sabilillah. Tumbuhlah kedua daulah ini dengan pemikiran tersebut dan negara lain lebih semangat mengikutinya. Hingga akhirnya gerakan Murabithun, yang disusul oleh Al-Muwahhidun bisa mengusai sampai ke pelosok Maroko seluruhnya. Kembalilah ke pemeluknya tentang pemahaman islam yang benar. Jadilah para tokoh dan pemimpin kedua daulah tersebut kepada keadaan sangat haus untuk berjuang fi sabilillah.
            Sebenarnya para pemimpin Al-Murabithun cepat tanngap untuk menolong umat Islam di Andalusi dan mau menyebrang Selat Gibraltar (Jabal Thariq) yang terjal dengan tentaranya yang besar serta mau bergabung dengan pihak kaum Muslimin di Andalusaia. Lalu terjadilah pertempuran yang dahsyat dan melelahkan, yang dikenal dengan pertempuran Az-Zalaqah, sebagaimana telah disebutkan sebelumnya yang terjadi pada tahum 479 H. Dalam pertempuran ini tentara Muslimunlah yang memperoleh kemenangan dengan di pimpin lngsung oleh Yusuf bin Tasyifin, seorang pemimpin daulah Murabithun. Pemimpin atau raja ini disusul juga oleh anak-anaknya bernama Ali bin Yusuf lalu diganti Oleh Tasyifin bin Ali mampu menjaga negeri Andalusia tanpa halangan apapun. Ketiga pemimpin ini telah menikmati pemerintahan yang aman dan stabil selama dua setengah abad.
            Kemudian setelah mereka, datanglah orang-orang Al-Muwahhidun untuk mengusai daulah Murabithun dan menempati posisi mereka di Maroko dan Andalusia. Mereka mengambil alih dalam menghadang tentara Nasrani yang telah bergabung dengan pasukan salibis lainnya yang datang dari beberapa negara Eroa dengan maksud mengusai Toledo yang baru dibawah Martin de Basirja yang telah menyulut tentara kavaleri Barat untuk melawan orang-orang Islam.
            Berhadapanlah tentara-tentara Al-Muwahhidun melawan tentara besar Nasrani, lalu para tentara Al-Muwahhidun berhasil mengalahkan mereka dalam pertempuran yang terkenal dengan Perang Arak pada tahun 591 H.
            Namun umat Islam justru terlihat enggan berjihad dan memilih untuk berfoya-foya serta menuruti hawa nafsunya setelah itu. Krisis moral dan perilaku yang jauh dari batasan norma agama mulai menjangkiti kaum muslimin. Inilah Awal kehancuran dari sebuah negara. Pemerintahan daulah Muwahhidun mulai mengalami kemerosotan setelah terjadi penyerangan pada pertempuran Al-Iqab di tahun 609 H. Penyerangan ini mengabitkan kekalahan di pihak Al-Muwahhidun. Setelah kekalahan tersebut tidak ada lagi pemerintahan bagi Al-Muwahhidun dan bahkan negara ini terpecah menjadi beberapa negara-negara kecil yang baru itu melepaskan diri dan merdeka.
            Berakhirlah pemerintahan Daulah Al-Muwahhidun dari Andalusia Negri muslim itu kemudian berada dalam kondisi Vacum tanpa ada yang menjaga dan membelanya lagi.
 Pada periode Spanyol Islam meskipun masih terpecah dalam beberapa negara, tetapi terdapat satu kekuatan yang dominan, yaitu kekuasaan dinasti Murabithun (1086-1143) dan dinasti Muwahhidun (1146-1235 M). Dinasti Murabithun pada mulanya adalah sebuah gerakan agama yang didirikan oleh Yusuf ibn Tasyfin di Afrika Utara. Pada tahun 1062 M. Ia berhasil mendirikan sebuah kerajaan yang berpusat di Marakesy. Ia masuk ke spanyol atas “undangan” penguasa-penguasa Islam disana yang tengah memikul beban berat perjuangan mempertahankan negeri-negerinya dari serangan orang-orang kristen. Ia dan tentaranya kan memasuki Spanyol pada tahun 1086 M dan berhasil mengalahkan pasukan Castilia. Karena perpecahan dikalangan raja-raja Musli, Yusuf melangkah lebih jauh untuk mengusai Spayol dan ia berhasil untuk itu. Akan tetapi, penguasa-penguasa sesudah ibn Tasyfin adalah raja raja yang lemah pada tahun 1143 M, kekuasaan dinasti ini berakhir, baik di Afrika Utara maupun di Spanyol dan digantikan oleh dinasti Muwahhidun. Pada masa dinasti Murabithun, Saragossa jatuh ke tangan Kristen, tepatnya tahun 1118 M. Di spayol sendiri, sepeninngal dinasti ini pada mulanya muncul kembali dinasti-dinasti kecil, tapi hanya berlangsung tiga tahun. Pada tahun 1146 M penguasa dinasti Muwahhidun yang berpusat di Afrika Utara merebut daerah ini. Muwahhidun didirikan oleh Muhammad ibn Tumart (w. 1128). Dinasti ini datang ke Spanyol dibawah pemimpin Abd Al-Mun’in. Antara tahun 1114 dan 1154 M, kota-kota Muslim penting, Cordova, Almeria, Dan Grananda, jatuh kebawah kekuasaannya. Untuk jangka beberapa dekade, dinasti ini mengalami banyak kemajuan. Kekuatan-kekuatan Kristen dapat dipukul mundur. Akan tetapi tidak lama setelah itu, Muwahhidun mengalami keambrukan pada tahun 1212 M, tentara kristen memperoleh kemenangan besar di Las Navas de Tolesa. Kekalahan-kekalahan yang dialami Muwahhidun menyebabkan penguasanya memilih untuk meninggal kan Spanyol kembali runyam, berada dibawah penguasa-penguasa kecil. Dalam kondisi demikian, umat islam tidak mampu bertahan dari serangan-serangan Kristen yang semakin besar. Tahun 1238 M Cordova jatuh ketangan penguasa Kristen dan Seville jatuh tahun 1248 M. Seluruh Spanyol kecuali Granada lepas dari kekuasaan Islam.[3]
Pada pertengahan abad ke-13, satu-satunya kota penting yang masih dikuasai Islam adalah Granada dibawah pemerintahan Gani Ahmar. Awalnya orang-orang Kristen membiarkan Dinasti Ahmar di Granada tetap eksis dengan persetujuan bahwa orang muslim harus membayar pajak pada penguasa Kristen. Akan tetapi, setelah terjadi perselisihan antara mereka telah bersatunya orang-orang Kristen, proyek kekuasaan Dinasti Ahmar menjadi gelap. Di pihak lain terjadi konflik internal ditubiuh Ahmar, Yakni perebutan kekuasaan yang berakhir perang saudara dan dinasti menjadi terpecah. Sejak saat itu, kekuatan Islam semakin melemah dan semakin mempercepat tamatnya riwayat umat Islam Spanyol. Pada tahun 1492, satu-satunya wilayah Islam di Spanyol akhirnya jatuh ketangan orang Kristen.
Setelah penaklukan Granada, orang-orang Islam mengalami nasib yang sangat menyedihkan. Pada tahun 1556, penguasa Kristen melarang pakaian Arab dan Islam di seluruh wilayah Spanyol bahkan pada tahun 1556, bahasa Arab tidak boleh digunakan diwilayah ini.[4]


Beberapa kelemahan Al-Muwahhidun:
            Jika kita mau menambah tentang kelemahan-kelemahan baik dilihat dari dekat atau jauh terkait kegoncangan yang menimpa kaum muslimin di Andalusi dan pasca jatuhnya negeri tersebut ke tangan orang-orang Spanyol, kami katakan, “Sesungguhnya pemerintahan Al-Murabithun secara khsusus tidak mengalami kemerosotan atau kegoncangan yang dahsyat dan dapat mempengaruhi keberadaan kaum Muslimin di Andalusia, hingga jatuhnya pemerintahan tersebut. Namun jatuhnya Andalusia dan kaum musliumin disana yang masih baru itu terjadi pada masa pemerintahan Al-Muwahhidun.
            Revolusi yang melanda Andalusia berjalan dengan cepat mulai dari timur sampai barat. Itu bukanlah kareana keberadaan  pemerintahan Al-Muwahhidun, bukan pula karena melemahnya kekuatan pemerintah Al-Murabithun dalam menjaga Andalusia dari beberapa serangan dan perusakan orang-orang Nasrani saja. Melainkan karena adanya faktor-faktor melawan pemerintahan Al-Murabithun yang memang sudah ada sejak dulu, yaitu sejak dari permulaan pendudukan Al-Murabithun sendiri, sejak adanya ide pemikiran nasionalisme dan munculnya kepribadian bangsa Andalusia dengan membangun kekuatan pasukan secara besar-besaran dari kelompok pribumi mereka.
            Kelompok pribumi Andalusia melihat orang-orang Al-Murabithun yang telah mencapai banyak kemajuan, dimana mereka menang dalam pertempuran Az-Zalaqah. Setelah terjadi pertumpahan dalam hal persaudaraan, dari sebagai penyelamat Andalusia menjadi penakluk, akhirnya berubahlah pandangan penduduk pribumi Andalusia kepada orang-orang Al-Murabithun. Orang-orang pribumi ini melihat mereka sebagai orang-orang asing yang merampas negaranya dengan menggunakan ide jihad melanggengkan dan menyebarkan kekusaannya pada penduduk Andalusia.

















1.      Jatuhnya Saragoza
Jatuhnya Saragoza termasuk titik bagian kelemahan dalam militer Al-Murabithun. Saragoza merupakan daerah yang berada dilembah atas  Timur Laut Andalusia dan merupakan markas bagi para pemimpin tawanan Arab yang diwakili oleh Bani Hasyim At-Tajibun dan para pegawainya dari Bani Hud, hingga datanglah orang-orang Al-Murabithun. Saragoza merupakan pangkalan militer terakhir yang jatuh dari tangan Al-Murabithun.
Kota Saragoza menempati daerah terpenting kareana stategis. Mungkin juga karena Raja Al-Murabithun pertama. Yusuf bin Tasyifin. Telah mengetahui strateginya tempat tersebut, maka ia bekerja sungguj untuk memperbaikinya agar menjadi tempat yang benar-benar strategis. Sugguh ia telah berpesan tiga perkara kepada anaknya Ali tatkala membuatnya untuk memikul jabatan khalifah. Ketiga pesan itu adalah; Pertama, berdamai dengan Bani Hud yaitu para pemimpin Saragoza dan membiarkan mereka sebagai penengan antara diri Ali dan orang-orang Nasrani. Kedua,membangun tentara Al-Murabithun yang kuat dan kokoh dengan jumlah tujuh belas ribu pasukan berkuda yang disebarkan ke beberapa daerah negara-negara kecil dan pelosok Andalusia. Ketiga, mengangkat orang-orang Nasrani, sebab merekalah orang yang lebih tahu dan kenal tentang keadaan orang-orang Nasrani dan banyak pengalaman dalam bertempur melawan mereka dari pada orang-orang Al-Murabithun.
      Dari wasiat ini menjelaskan kepada kita akan posisi Saragoza yang sangat strategis dan jiwa nasionaliesme yang sudah dirasakan oleh raja Al-Murabithun ini sejak dulu. Letaknya stategis adalah, jauhnya Saragoza dari tengah wilayah Andalusia dan pusat pemerintahan, sehingga ia menjadi benteng atas wilayah bagian kiri untuk suungai Eproa, juga sebagai penyangga pagar-pagar benteng yang tinggi. Itu semuanya terkadang bisa membantu pihak luar untuk menghadapi pemerintahan pusat di Cordova. Adapun sisi strategis lain dari Saragoza adalah, kota ini menjadi pemisah alami antara tanah kaum muslimin dan wilyah orang-orang Nasrani.
      Keberadaan kerjaan Saragoza yang islam di antara kerajaan-kerajaan Nasrani, itu bagaikan kerajaan Barcelona dari sebelah Timur. Juga seperti dua kerajaan yaitu Arogan dan Naverra yang menempati wilayah disebelah Utara. Sementara Kerajaan Kastilia di sebelah Barat telah mewajibkan kepada penduduknya agar mengikuti tetangganya, yaitu orang-orang Nasrani, dengan politik khusus bisa yang bisa mengalahkan mereka dengan damai dan tenang. Kepatuhan itu kadang kali tergambar dalam membayar jizyah. Di tambah lagi, para raja Saragoza juga banyak memperkerjakan orang-orang Nasrani yang digaji dalam militer mereka. Bahkan terkadang mereka juga membangun koalisasi dengan raja-raja Nasrani.
2.      Kekalahan dalam perang Al-Iqab ( Las Navas de Tolosa ) Bukti kelemahan pada pucuk Pimpinana Militer Al-Muwahhidun.
Pada tahun 596 H atau 1199 M, khalifah Muhammad An-Nashr LiDinillah telah memimpin urusan pemerintahan Al-Muwahhidun stelah meninggalnya ayahnya yaitu Al-Manshur sang pahlawan perang Arch di tahun 591 H atau 1194 M. Lalu An-Nashir disibukkan oleh beberapa kejadian yang ada di afrika dan Maroko, yaitu sebuah usaha menciptakan fitnah didalam negeri terutama revolusi Bani Ganiyah yang telah lama berjalan melawan Al-Muwahhidun selama 12 tahun lamanya.
            Kesibukan Al-Muwahhidun dengan beberapa kejadian di Afrika ini telah memberikan kesempatan kepada beberapa kerajaan Nasrani untuk memulai beberapa pertempuran yang dapat memberikan pukulan terhadap negeri-negeri Islam Andalusia. Raja Kastilla stelah tidak berhasil dalam serangannya pada pertempuran Arch, ingin membalas dendam kepada umat Islam untuk menghilangkan sakit hati atas musibah kekalahan yang dialami oleh para tentara Nasrani.
            Keluarlah Raja Kastilia, Alfonso VIII, dengan membawa bala tentaranya untuk melanggar perjanjian yang telah disepakatinya dengan pemerinmtahan Al-Muwahhidun pasca perang Arch. Ia datang untuk menaklukan daerah-daerah strategis kaum muslimin. Ia berjalan dengan pasukannya menuruni daerah-deerah umat islam, lalu membakar ladang dan persawahan, merusak pekarangan, membunuh dan menawan penduduknya, mengusai beberapa benteng, dan melancarkn beberapa serangan kepada orang Islam dengan serangan yang dahsyay dengan menimbulkan banyak korban dan kekalahan.
            Diwaktu yang sama daerah Timur Andalusia Islam telah mengahadapi banyak gempuran dan Bidru II Raja Arogan yang melakukan penyisiran ke arah selatan ditanah-tanah wilayah Valencia Utara dan membuat banyak kerusakan serta mengusai banyak benteng Islam di daerah tersebut. Ketika itu, Orang-orang islam Andalusia berteriak-teriak mengadu atas serangan dahsyat yang mematikan itu. Orang-orang islam ini menyebrang meminta bantuan dan memohon kepadanya agar mereka diselamatkan dari keganasan pasukan Nasrani. Lalu An-Nashir mengirim beberapa utusan kepada Alfonso VIII memprotes pelanggaran perjanjian yang telah mereka sepakati sebelumnya Namun Alfonso tetap tidak menanggapinya dan terus melanjutkan api perang serta menabuh genderang pertempuran.
            Situasi tidak kondusif yang menyelimuti pemerintahan Al-Muwahhidun dengan banyaknya fitnah dari dalam dan adanya perlawanan yang menentang pemerintah mereka, terutama adanya revolusi dari Bani Ghaniyah di Afrika yang bisa menggerogoti pemerintahan dalam segala bidang, menyebabkan pudarnya semangat jiohad di Andalusia selama 12 tahun. Ini juga yang menjadikan Alfonso VIII dan raja Nasrani menyebar dan menerkam serta menyapu bersih negri-negri Islam dengan congkaknya.
            Mengdapi situasi yang tidak menguntungkan bagi pemerintahan Al-Muwahhidun tersebut, memberikan keuntungan tersendiri bagi hubungan negara-negara Nasrani Andalusia satu sama lainnya. Dalam waktu yabg tidak terlalu lama setelah kekalahan mereka di pertempuran Arch, akhirnya mereka menyatukan barisan dan membuang rasa perbedaan dan pertentangan yang dulunya pernah mencabik-cabik persatuan mereka. Setelah selesai akad perjanjian antara Kastilia dan Lion, Lalu antara Kastilia dengan Navarre tahun 1207 M, kemudian antara Navarre dan Arogan pada tahun 1209 M, menyebabkan terjadinya kesaman pemahaman dan keselarasan antara mayoritas kerajaan Nasrani di Andalusia Hal ini mejadikan Alfonso VIII lebih tenang dan ada harapan dalam membantu para sekutunya ketika ia mengambil tindakan untuk menyerang pemerintahan Islam.[5]
Sebab-sebab Kekalahan:
a.       Lemahnya semangat juang para tentara Al-Muwahhidun.
b.      An-Nashir terlalu sombong dengan jumlah tentaranya yang banyak.
c.       Lemahnya sistem perbekalan (logisistik) pada tentara.
               
#TULISAN INI JAUH DARI KATA SEMPURNA KARENA SEMPURNA ITU HANYA MILIK ALLAH SEMATA.


[1] Hj. Musyrifah Sunanto, Sejarah islam klasik perkembangan ilmu pengetahuan islam Bogor:Kencana, 2003) h.137-139
[2] Hj. Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik perkembangan ilmu pengetahuan Islam, Bogor: Kencana, 2003) h:139-143
[3] Dedi Supriyadi, M.Ag, Sejarah Peradaban Islam, Bandung:Pustaka Setia, 2008) hal.98-99
[4] Dr. Badri Yatim, M.A, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta:Rajawali Pers, 2014) hal.125-126
[5] Dr. Fathi Zaghrut, Bencana-bencana besar dalam sejarah islam,(jakarta; pustaka Al-kautsar,2014), h. 584-604

Tidak ada komentar:

Posting Komentar