1Tradisi
Sejarah Masyarakat Indonesia Masa Praaksara
1.
Periodisasi masyarakat Indonesia masa praaksara
Masyarakat Indonesia sebelum mengenal aksara sudah memiliki tradisi
sejarah. Maksud tradisi sejarah adalah bagaimana suatu masyarakat memiliki kesadaran
terhadap masa lalunya. Kesadaran tersebut kemudian dia rekam dan diwariskan
kepada generasi berikutnya. Perekaman dan pewarisan tersebut kemudian menjadi
suatu tradisi yang hidup tumbuh dan berkembang dalam masyarakat. Bagaimanakah
masyarakat yang belum mengenal tulisan merekam dan mewariskan masa lalunya?
Bagaimanakah masyarakat yang belum mengenal tulisan memaknai masa lalunya?
Masyarakat dalam memahami masa lalunya akan ditentukan oleh alam pikiran
masyarakat pada masa itu atau “jiwa zaman”.
Dari kehidupan masyarakat zaman praaksara, kita mendapatkan warisan berupa
alat- alat dari batu, tulang, kayu, dan logam serta lukisan pada
dinding-dinding gua. Masa lampau yang hanya meninggalkan jejak-jejak sejarah
tersebut menjadi komponen penting dalam usaha menuliskan sejarah kehidupan
manusia. Jejak-jejak tersebut mengandung informasi yang dapat dijadikan bahan
penulisan sejarah dan akan disampaikan dari generasi ke generasi berikutnya
sampai turun temurun. Jejak sejarah yang historis merupakan jejak sejarah yang
menurut para ahli memiliki informasi tentang kejadian- kejadian historis,
sehingga dapat dipergunakan untuk penulisan sejarah. Jejak historis ada dua,
yaitu jejak historis berwujud benda dan jejak historis yang berwujud tulisan.
Jejak historis berwujud benda merupakan hasil budaya/tradisi di masa kuno,
misalnya, tradisi zaman Paleolitikum, Mesolitikum, Neolitikum, Megalitikum, dan
Perundagian.
·
Tradisi manusia hidup berpindah (zaman
Paleolitikum). Manusia di zaman hidup berpindah termasuk jenis Pithecanthropus.
Mereka hidup dari mengumpulkan makanan (food gathering), hidup di gua-gua,
masih tampak liar, belum mampu menguasai alam, dan tidak menetap. Kebudayaan
mereka sering disebut kebudayaan Pacitan dan kebudayaan Ngandong. Disebut
kebudayaan Pacitan sebab alat-alat budayanya banyak ditemukan di Pacitan (di
Pegu- nungan Sewu Pantai Selatan Jawa) berupa chopper(kapak penetak) disebut
juga kapak genggam. Karena masih terbuat dari batu maka disebut stone culture
(budaya batu). Alat Kebudayaan Ngandong ditemukan di desa Ngandong (daerah
Ngawi Jawa Timur). Alatnya ada yang terbuat dari tulang maka disebut bone
culture. Di Ngandong ditemukan juga kapak genggam, benda dari batu berupa
flakes dan batu indah berwarna yang disebut chalcedon.
·
Peningkatan hidup manusia memasuki hidup
setengah menetap/semisedenter (zaman Mesolitikum). Mereka sudah memiliki
kemajuan hidup seperti adanya kjokkenmoddinger (sampah kerang)danabris sous
roche (gua tempat tinggal). Alat-alatnya adalah kapak genggam (pebble) disebut juga
kapak Sumatra, kapak pendek (hache courte), dan pipisan.
·
Tradisi manusia zaman hidup menetap
(zaman Neolitikum). Pada zaman ini, manusia sudah mulai food producing, yakni
mengusahakan bercocok tanam sederhana dengan mengusahakan ladang. Jenis
tanamannya adalah ubi, talas, padi, dan jelai. Mereka menggunakan peralatan
yang lebih bagus seperti beliung persegi atau kapak persegi dan kapak lonjong
yang dipergunakan untuk mengerjakan tanah. Kapak persegi ditemukan di Sumatra,
Jawa, Bali, dan Kalimantan Barat, sedangkan di Semenanjung Melayu kapak ini
disebut kapak bahu. Kapak lonjong berbentuk bulat telur, banyak ditemukan di
Sulawesi, Papua, atau kepulauan Indonesia Timur. Alat serpih untuk mata panah
dan mata tombak ditemukan di Gua Lawa Sampung (Jawa Timur) dan Cabbenge
(Sulawesi Selatan). Di Malolo (Sumba Timur) ditemukan kendi air. Pada masa ini,
terjadi perpindahan penduduk dari daratan Asia (Tonkin di Indocina) ke
Nusantara yang kemudian disebut bangsa Proto Melayu pada tahun 1500 SM melalui
jalan barat dan jalan utara. Alat yang dipergunakan adalah kapak persegi,
beliung persegi, pebble (kapak Sumatra), dan kapak genggam. Kebudayaan itu oleh
Madame Madeleine Colani, ahli sejarah Prancis, dinamakan kebudayaan
Bacson-Hoabinh. Kepercayaan zaman bercocok tanam adalah menyembah dewa alam.
·
Tradisi Megalitikum. Pada zaman ini,
alat dibuat dari batu besar seperti menhir, dolmen, dan sarkofagus. Menhir
adalah tugu batu besar tempat roh nenek moyang, ditemukan di Sumatra Selatan,
Sulawesi Tengah, dan Kalimantan. Dolmen adalah meja batu besar (altar),
terdapat di Bondowoso, Jawa Timur. Sarkofagus adalah kubur peti batu besar. Di
Sulawesi, sarkofagus dikenal dengan sebutan waruga.
·
Tradisi zaman perundagian. Setelah hidup
menetap, mereka semakin pandai membuat alat, bahkan dengan kedatangan bangsa
Deutero Melayu pada 500 SM, mereka sudah mampu membuat alat dari logam (sering
disebut budaya Dongson karena berasal dari Dongson). Zaman ini disebut zaman
kemahiran teknologi. Mereka juga telah mengenal sawah dan sistem pengairan.
Jenis benda logam yang dibuat di Indonesia pada zaman ini, antara lain, sebagai
berikut. 1) Nekara, yaitu semacam tambur besar yang ditemukan di Bali, Roti,
Alor, Kei, dan Papua. 2) Kapak corong, disebut demikian karena bagian
tangkainya berbentuk corong. Sebutan lainnya adalah kapak sepatu. Benda ini
dipergunakan untuk upacara. Banyak ditemukan di Makassar, Jawa, Bali, Pulau
Selayar, dan Papua. 3) Arca perunggu, ditemukan di daerah Bangkinang, Riau, dan
Limbangan, Bogor. Selain itu, ada perhiasan perunggu, benda besi, dan
manik-manik. Kepercayaan di zaman perundagian adalah menyembah roh nenek moyang
(animisme).
Ciri-ciri
masyarakat praaksara
Setelah nenek moyang kita datang di Nusantara dan menetap, mereka
meninggalkan tradisi, aturan kemasyarakatan, serta religi yang ditaati
oleh mereka dan anak keturunannya. Tradisi tersebut diwariskan kepada
masyarakat hingga sekarang ini. Kemampuan nenek moyang kita sebelum mengenal
tulisan dan sebelum terpengaruh budaya Hindu-Buddha oleh Brandes dikelompokkan
sebagai berikut.
·
Kemampuan berlayar. Nenek moyang bangsa
Indonesia datang dari Yunan sebelum Masehi. Mereka sudah pandai mengarungi laut
dan harus menggunakan perahu untuk sampai di Indonesia. Kemampuan berlayar ini
dikembangkan di tanah baru, yaitu di Nusantara, mengingat kondisi geografi di
Nusantara terdiri banyak pulau. Kondisi ini mengharuskan menggunakan perahu
untuk mencapai kepulauan lainnya. Salah satu ciri perahu yang dipergunakan
nenek moyang kita adalah perahu cadik, yaitu perahu yang menggunakan alat dari
bambu atau kayu yang dipasang di kanan kiri perahu. Pembuatan perahu biasanya
dilakukan secara gotong royong oleh kaum laki-laki. Setelah masa per- undagian,
aktivitas pelayaran juga semakin meningkat. Perahu bercadik yang merupakan alat
angkut tertua tetap dikembangkan sebagai alat transportasi serta perdagangan.
Bukti adanya kemampuan dan kemajuan berlayar tersebut terpahat pada relief
candi Borobudur yang berasal dari abad ke-8. Relief tersebut melukiskan tiga
jenis perahu, yaitu 1) perahu besar yang bercadik, 2) perahu besar yang tidak
bercadik, dan 3) perahu lesung
·
Kemampuan bersawah. Sistem persawahan
mulai dikenal bangsa Indonesia sejak zaman Neolitikum, yaitu manusia hidup
menetap. Mereka terdorong untuk mengusahakan sesuatu yang menghasilkan (food
producing). Sistem persawahan diawali dari sistem ladang sederhana yang belum
banyak menggunakan teknologi, kemudian meningkat dengan adanya teknologi
pengairan hingga lahirlah sistem persawahan.
·
Mengenal astronomi. Pengetahuan astronomi
(ilmu perbintangan) sudah dimiliki nenek moyang bangsa Indonesia. Masyarakat
Indonesia telah mengenal ilmu pengetahuan dan memanfaatkan teknologi angin
musim sebagai tenaga penggerak dalam aktivitas pelayaran dan perdagangan.
Selain digunakan untuk mengenali musim, ilmu astronomi juga sudah dimanfaatkan
sebagai petunjuk arah dalam pelayaran, yaitu Bintang Biduk Selatan dan Bintang
Pari (orang Jawa menyebut Lintang Gubug Penceng) untuk menunjuk arah selatan
serta Bintang Biduk Utara untuk menunjukkan arah utara. Kemampuan astronomi dan
angin musim ini telah mengantarkan mereka berlayar ke barat sampai di Pulau
Madagaskar, ke timur sampai di Pulau Paskah, dan ke selatan sampai di Selandia
Baru serta ke arah utara sampai di Kepulauan Jepang. Pengetahuan astronomi juga
digunakan dalam pertanian dengan memanfaatkan Bintang Waluku sebagai pertanda
awal musim hujan.
·
Sistem mocopat. Sistem mocopat adalah
suatu kepercayaan yang didasarkan pada pembagian empat penjuru arah mata angin,
yaitu utara, selatan, barat, dan timur. Sistem mocopat dikaitkan dengan
pendirian bangunan, pusat kota atau pemerintah (istana), alun-alun, tempat
pemujaan, pasar, dan penjara. Peletakan bangunan tersebut dibuat skema bersudut
empat di mana setiap sudut mempunyai kemampuan dan kekuatan secara magis.
Itulah sebabnya mengapa setiap desa pada zaman kuno selalu diberi sesaji pada
waktu-waktu tertentu, bahkan hari pasaran menurut perhitungannya juga dikaitkan
dengan sistem mocopat, yaitu 1) arah barat diletakkan pon jatuh hari Senin dan
Selasa, 2) arah timur diletakkan legi jatuh hari Jumat, 3) arah selatan
diletakkan pahing jatuh hari Sabtu dan Minggu, 4) arah utara diletakkan wage
jatuh hari Rabu dan Kamis, dan 5) arah tengah diletakkan kliwon jatuh hari
Jumat dan Sabtu. Jadi pola susunan masyarakat mocopat merupakan suatu
kepercayaan dalam menata dan menempatkan suatu bangunan yang bersudut empat,
dengan susunan ibu kota pusat pemerintahan terdapat alun-alun di sekitar
istana, serta ada bangunan tempat pemujaan, pasar, dan penjara.
·
Kesenian wayang. Kesenian wayang semula
berpangkal pada pemujaan roh nenek moyang. Semula wayang diwujudkan sebagai
boneka nenek moyang yang dimainkan oleh dalang pada malam hari. Dengan
beralaskan tirai dan tata lampu di belakangnya serta boneka yang digerak-gerakkan
sehingga terlihat bayangan boneka seolah-olah hidup. Jika dalang kemasukan roh
nenek moyang, sang dalang akan menyuarakan suara nenek moyang yang berisi
nasihat-nasihat kepada anak cucu mereka. Setelah kedatangan hinduisme ke
nusantara maka kisah nenek moyang digantikan kisah Ramayana dan Mahabharata.
Bonekanya kemudian diganti dengan bentuk tokoh dalam cerita Mahabharata.
Fungsinya pun beralih sebagai pertunjukan dan penontonnya melihat dari depan
tirai.
·
Seni gamelan. Seni gamelan ada kaitannya
dengan seni wayang. Seni gamelan ini dipakai untuk mengiringi pertunjukkan
wayang. Pada waktu musim bercocok tanam sudah usai masyarakat kuno itu membuat
alat musik gamelan, mengembangkan seni membatik, dan mengadakan pertunjukan
wayang semalam suntuk untuk dapat dilihat oleh masyarakat di sekitarnya.
·
Seni membatik. Seni membatik merupakan
kerajinan membuat gambar pada kain. Cara menggambarnya mempergunakan alat
canting yang diisi bahan cairan lilin (orang Jawa menyebutnya malam) yang telah
dipanaskan, lalu dilukiskan pada kain sesuai motifnya.
·
Pengaturan masyarakat. Nenek moyang kita
hidup berkelompok. Mereka bersepakat untuk hidup secara bersama, hidup gotong
royong, dan demokratis. Mereka memilih seorang pemimpin yang dianggap dapat
melindungi masyarakat dari berbagai gangguan termasuk gangguan roh sehingga
seorang pemimpin dianggap memiliki kesaktian lebih. Cara pemilihan pemimpin
yang demikian disebut primus inter pares, yaitu yang terutama di antara yang
banyak. Jadi, seorang pemimpin adalah yang terbaik bagi mereka bersama.
·
Sistem ekonomi dengan mengenal
perdagangan, Kebutuhan hidup manusia selalu menuntut untuk dipenuhi. Untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya, masyarakat kuno saling bertukar barang (barter)
dari satu wilayah ke wilayah lain.
·
Sistem kepercayaan. Manusia yang terdiri
atas jasmani dan rohani memunculkan suatu kepercayaan bersifat rohani yang
kemudian dipersonifikasikan dalam bentuk riil. Sistem kepercayaan masyarakat
Indonesia mulai tumbuh pada masa hidup berburu dan mengumpulkan makanan, ini dibuktikan
dengan penemuan lukisan dinding gua di Sulawesi Selatan berbentuk cap tangan
merah dengan jari-jari yang direntangkan. Lukisan itu diartikan sebagai sumber
kekuatan atau simbol perlindungan untuk mencegah roh jahat. Manusia di zaman
hidup bercocok tanam sudah percaya adanya dewa alam yang menciptakan banjir,
gunung meletus, gempa bumi, dan sebagainya.
Jadi, dapat kita ketahui bahwa tradisi masyarakat Indonesia sebelum
mengenal tulisan adalah sebagai berikut.
·
Organisasi kemasyarakatannya sudah ada,
yaitu adanya masyarakat teratur, demokratis, dan memilih pemimpinnya dengan
primus inter pares dalam bentuk kesukuan.
·
Kemasyarakatan atau pranata sosialnya
adalah masyarakat yang hidup berkelompok sebagai makhluk sosial, dan bergotong
royong.
·
Memiliki pengetahuan alam, yakni
memanfaatkan alam di sekitarnya sebagai wujud peduli dan memelihara alam
lingkungannya.
·
Sudah mengenal sistem persawahan.
·
Kemampuan berlayar dan berdagang dengan
memanfaatkan angin musim, bahkan mereka sudah berani mengarungi laut luas.
·
Sudah memiliki teknologi perundagian,
yakni pengecoran logam dengan sistem bivalve dan a cire perdue.
·
Sistem kepercayaan pada mulanya
menyembah roh nenek moyang kemudian menyembah dewa.
·
Sudah memiliki sistem ekonomi barter.
Cara
Mewariskan Masa Lampau
Pengalaman kolektif suatu masyarakat diartikan sebagai masa lampau.
Beberapa cara yang dapat digunakan oleh masyarakat untuk mewariskan masa
lampaunya adalah sebagai berikut. Coba cermati dan telusuri adanya mitologi
yang ada di sekitar daerah Anda. Setelah itu, tanyakan kepada sesepuh atau
tokoh masyarakat atau siapa saja yang dapat memberikan keterangan tentang
mitologi tersebut. Selanjutnya, tuliskan dalam bentuk cerita. Hasilnya paparkan
di depan kelas, secara bergiliran.
Pelatihan dan peniruan. Pengetahuan dan kemampuan yang telah dimiliki
diwariskan lewat pelatihan dan peniruan, entah itu dengan perkataan atau
perbuatan. Misalnya kepandaian membuat alat-alat dari batu maupun dari besi.
Mereka mewariskan kepandaian tersebut kepada generasi berikutnya lewat peniruan
pembuatan alat-alat tersebut. Termasuk juga pengetahuan dan kepandaian berburu,
memasak makanan, beternak, bersawah dan sebagainya.
Penuturan, yakni dengan cara menuturkan secara lisan. Artinya, kemampuan
dan pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat diwariskannya dengan cara
dituturkan kepada generasi penerusnya.
2.Jenis-Jenis Manusia Purba dan
Ciri-Cirinya
A. Jenis-Jenis Manusia Purba Indonesia
dan Ciri-Cirinya
Penelitian fosil manusia purba di
Indonesia dimulai pada akhir abad ke-19 Tokoh penelitian manusia purba di
Indonesia adalah Eugene Dubois. Keberhasilannya menemukan fosil atap tengkorak
di Trinil (tahun 1891) menjadi bagian penting dalam sejarah palaeoantropologi.
Peristiwa itu sekaligus mengawali serangkaian penelitian fosil manusia purba di
Indonesia.
1. Meganthropus Palaeojavanicus (
Meganthropus Palaeojavanicus: manusia raksasa dari Jawa kuno)
Fosil manusia purba ini adalah jenis
paling tua yang pernah ditemukan di Indonesia. Penemunya adalah Ralph von
Koenzgswald di Fosil yang ditemukan berupa rahang bawah dan atas gigi lepas.
Dengan cara stratigrafi diketahui fosil tersebut berada pada lapisan Puçangan.
Berdasarkan umur lapisan tanah, diperkirakan fosil Megantropus Paleojavanicus
berumur 1-2 juta tahun.
Ciri-ciri Meganthropus
Palaeojavanicus
- Berbadan tegap dengan tonjolan tajam di belakang kepala.
- Bertulang pipi tebal, dengan tonjolan kening yang mencolok.
- Tidak berdagu.
- Otot kunyah, gigi, dan rahang besar dan kuat.
- Makanannya jenis tumbuh-tumbuhan.
2. Pithecanthropus (Pithecanthropus:
Manusia Kera)
Fosil manusia purba jenis Pithecantropus
adalah jenis manusia purba yang paling banyak ditemukan di Indonesia. Dengan
cara stratigrafi, diketahui fosil tersebut berada pada lapisan Pucangan dan
Kabuh. Berdasarkan umur lapisan tanah, diperkirakan fosil Pithecanthropus amat
bervariasi umumya, antara 30.000-2 juta tahun.
Ciri-ciri Pithecantropus
- Tinggi tubuhnya kira-kira 165 - 180 cm.
- Badan tegap, namun tidak setegap Meganthropus.
- Tonjolan kening tebal dan melintang sepanjang pelipis
- Otot kunyah tidak sekuat Meganthropus.
- Hidung lebar dan tidak berdagu.
- Makanannya bervariasi tumbuhan dan daging hewan buruan.
Jenis-Jenis Pithecanthropus
a. Pithecanthropus Mojokertensis
(manusia kera dari Mojokerto)
Fosil manusia purba jenis ini ditemukan
oleh Von Koenigswald di dekat Mojokerto , jawa timur, pada tahun 1936. Fosil
berupa tengkorak. Fosil tersebut disebut juga Pithecanthropus Robustua..
b. Pithecanthropus Erectus (manusia kera
yang berjalan tegak)
Fosil manusia purba jenis ini ditemukan
oleh Eugene Dubois pada tahun 1890 di Trinil, Lembah Bengawan Solo. Fosil
berupa tulang rahang, bagian atas tengkorak. geraham, dan tulang kaki.
c. Pithecanthropus Soloensis (manusia
kera dari Solo)
Fosil manusia purba jenis ini ditemukan
oleh von Koenigswald dan Openorth di Ngandong dan Sangiran, di tepi Bengawan
Solo, antara tahun 1931 - 1933. Fosil berupa tengkorak dan tulang kering.
3 KEHIDUPAN
AWAL MASYARAKAT INDONESIA
A. Kehidupan Masyarakat Berburu dan Mengumpulkan Makanan
1.Lingkungan Alam Kehidupan
Kehidupan masyarakat berburu dan mengumpulkan makanan ini
sangatlah
sederhana. Kehidupan mereka tak ubah seperti kelompok hewan karena
bergantung pada apa yang disediakan oleh alam. Pada masa ini
manusia hidup di
alam bebas seperti di hutan, tepi-tepi sungai, goa, dan lembah.
Keadaan berburu
mereka pun masih belum stabil dan sangat liar. Pada masa ini,
mereka cenderung
berjalan menyusuri tepi-tepi pantai dan pada masa selanjutnyalah
baru mereka
menciptakan perahu.
2. Kehidupan Sosial
Masyarakat pada masa berburu dan mengumpulkan makanan telah
mengenal
kehidupan kelompok. Jumlah anggota dalam setiap kelompok sekitar
10-15 orang.
Mereka selalu hidup berpindah-pindah. Hubungan antar anggota
kelompok
sangatlah erat. Mereka bekerja sama untuk memenuhi kebutuhan hidup
serta
mempertahankan hidup mereka. Masing-masing kelompok memiliki
pemimpin dan
mereka menghormati pemimpin mereka masing-masing .
3. Kehidupan Budaya
Pada masa ini mereka mulai membuat alat-alat berburu, alat
pemotong, alat
pengeruk tanah dan lainnya. Para ahli menafsirkan pembuat alat
tersebut ialah
jenis manusia Pithecanthropus dan kebudayaannya disebut tradisi
Paleolitikum
(batu tua). Banyak di temukan di kali basoka, daerah Kabupaten
Pacitan .
Penelitian ini di lakukan oleh H.R van Heekeren, Besuki, dan R.P.
Soejono (1953-
1954).Adapun benda-benda hasil kebudayan zaman tersebut ialah:
oKapak Perimbas
oKapak Penetak
oKapak Genggam
oPahat Genggam
oAlat serpih
oAlat-alat dari tulang
4. Kehidupan Ekonomi
Pada masa mengumpulkan makanan ini, mereka bekerja sama dalam
upaya
memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan anggota kelompok yang masih
sedikit
mereka dapat dengan mudah memenuhi sebagian besar kebutuhan
hidupnya dari
alam bebas, saat persedian hutan habis mereka pindah ke daerah
lainnya untuk
menemukan kebutuhan-kebutuhan mereka.
5. Kehidupan Kepercayaan Masyarakat
Pada masa ini mereka sudah memiliki anggapan tertentu dan
memberikan
penghormatan terakhir kepada orang yang meninggal dengan sisteam penguburan
dan mereka sudah mempergunakan akal pikiran mereka walaupun hanya
terbatas
hal-hal tertentu saja. Dengan penguburan terhadap orang yang baru
meninggal
maka konsep kepercayaan tentang adanya hubungan antara orang yang
sudah
meninggal dan yang masih hidup sudah di yakini.
B. Kehidupan Masyarakat Beternak dan Bercocok Tanam
1.Lingkungan Alam Kehidupan
am yang pertama kali dikenal oleh manusia adalah
berhuma. Berhuma adalah teknik bercocok tanam dengan cara
membersihkan
hutan dan menanamnya, setelah tanah tidak subur mereka pindah dan
mencari
bagian hutan yang lain. Kemudian mereka mengulang pekerjaan
membuka hutan,
demikian seterusnya. Namun dalam perkembangan berikutnya, manusia
mulai
memikirkan kembali untuk hidup dari generasi ke generasi berikutnya.
Oleh
karena itu, manusia mulai menerapkan kehidupan bercocok tanam pada
tanah-
tanah persawahan. Kehidupan menetap yang dipilih manusia pada masa
lampau
itu merupakan titik awal dari perkembangan kehidupan manusia untuk
mencapai
kemajuan.
2. Kehidupan Sosial
Kehidupan masyarakat pada masa bercocok tanam mengalami
peningkatan yang
cukup pesat. Masyarakat mulai mempunyai tempat tinggal tetap.
Tempat tinggal
tetap untuk mempererat hubugan antar manusia, yang menunjukkan
bahwa
manusia tidak bisa hidup sendiri. Kehidupan sosial yang dilakukan
oleh masyarakat
pada masa bercocok tanam ini terlihat dengan jelas melalui cara
bekerja dengan
bergotong royong. Cara hidup bergotong royong itu bersifat
agraris.
3. Kehidupan Ekonomi
Pada masa kehidupan bercocok tanam, kebutuhan kehidupan masyarakat
semakin
bertambah, namun tidak ada anggota masyarakat yang dapat memenuhi
kehidupannya sendiri. Dengan kenyataan seperti ini, dalam rangka
memenuhi
kebutuhannya masing-masing diadakan pertukaran barang dengan
barang yang
disebut sistem barter. Sistem barter ini menjadi awal munculnya
perdagangan atau
sistem perekonomian masyarakat. Untuk memperlancar kegiatan
tersebut
dibutuhkan tempat khusus yang dapat dijadikan sebagai tempat
pertemuan antara
penjual dan pembeli yang disebut pasar.
4. Sistem Kepercayaan Masyarakat
Pada masa kehidupan bercocok tanam kepercayaan masyarakat semakin
bertambah. Mereka percaya bahwam orang-orang yang meninggal rohnya
pergi ke
suatu tempat yang tidak jauh dari tempat tinggalnya atau tetap
berada di wilayah
di sekitar tempat tinggalnya sehingga sewaktu-waktu dapat
dipanggil untuk
dimintai bantuannya dalam kasus seperti menanggulangi wabah
penyakit atau
mengusir pasukan-pasukan musuh yang ingin menyerang tempat
tinggalnya. Di
Indonesia, kepercayaan dan pemujaan kepada roh nenek moyang
terlihat melalui
peninggalan-peninggalan tugu-tugu batu atau bangunan-bangunan
mengalithikum.
Bangunan-bangunan itu banyak ditemukan di tempat-tempat tinggi
dari daerah
sekitarnya sehingga muncul anggapan masyarakat bahwa roh-roh
tersebut berada
di tempat yang lebih tinggi.
5. Kehidupan Budaya
Pada masa kehidupan bercocok tanam kebudayaan yang dihasilkan
semakin beragam seperti yang terbuat dari tanah liat, batu, dan tulang.
Contohnya:
1.Beliung Persegi
diduga digunakan untuk upacara. Ditemukan di Sumatera, Jawa,
Kalimantan,
Sulawesi, Nusa Tenggara, Semenanjung Melayu dan Asia Tenggara.
2. Kapak Lonjong
Kapak ini ditemukan di daerah Maluku, Papua, sebagian Sulawesi
Utara, Kepulauan
Filipina, Taiwan dan Cina.
3. Mata Panah
Digunakan untuk berburu dan menangkap ikan. Ditemukan di daerah
Papua.
4. Gerabah
Digunakan sebagai tempat untuk menyimpan benda-benda perhiasan dan
sebagai
alat untuk mencurahkan rasa seni. Ditemukan di seluruh wilayah
Indonesia.
6. Perhiasan
Pada masa bercocok tanam kebudayan, telah dikenal berbagai bentuk
perhiasan.
Bahan dasarnya berasal dari lingkungan alam sekitar tempat tinggal
mereka yaitu
seperti tanah liat, batu kalsedon, yaspur dan agat. Perhiasaan
yang dihasilkan
seperti kalung, gelang dan lain-lain. Disamping perhiasan tersebut
juga ditemukan
kebudayaan yang terbuat dari batu besar atau Megalitikum pada masa
kehidupan
masyarakat bercocok tanam. Kebudayaan megalitikum erat kaitannya
dengan
kegiatan religius, yaitu kepercayaan terhadap nenek moyang.
Bangunan ini dibuat
berdasarkan adanya kepercayaan hubungan antara alam fana dan alam
baka.
Contoh Bangunan Pada Masa Megalitikum
Menhir, adalah tugu batu tempat
pemujaan terhadap roh nenek moyang,
ditemukan di daerah Sumatera, Sulawesi Tengah dan Kalimantan.
Waruga, adalah kubur batu yang
berbentuk kubus atau bulat yang dibuat dari batu
utuh. Ditemukan di daerah Sulawesi Tengah dan Sulawesi Utara.
Dolmen, adalah meja batu tempat
meletakkan sesaji yang dipersembahkan kepada
roh nenek moyang. Di bawah dolmen biasanya sering ditemukan kubur
batu.
Ditemukan di Telagamukmin, Sumberjaya, Lampung Barat.
Punden berundak-undak, adalah bangunan suci tempat pemujaan terhadap roh
nenek moyang yang dibuat bertingkat-tingkat. Ditemukan di daerah
Lebak Si
Beduk daerah Banten Selatan.
Sarkofagus, adalah peti
jenazah yang terbuat dari batu bulat (batu tunggal).
Banyak ditemukan di Bali.
Kubur batu, adalahb peti jenazah terbuat dari batu pipih. Banyak ditemukan
di
daerah Kuningan, Jawa Barat.
Arca, arca dari masa megalitikum
menggambarkan kehidupan binatang dan
manusia. Banyak ditemukan di Sumatera Selatan, Lampung, Jawa
Tengah dan
Jawa Timur.
C. Perkembangan Teknologi Masyarakat Awal Indonesia
1.Keadaan Alam Lingkungan Kehidupan Manusia
Dalam kehidupan menetap manusia sudah dapat menghasilkan
kebutuhannya
sendiri, meskipun tidak seluruhnya. Pengenalan teknologi pada masa
itu terlihat
jelas pada teknik pembuatan tempat tinggal atau
peralatan-peralatan yang
mereka gunakan untuk membantu upaya memenuhi kebutuhan hidupnya.
Ketika manusia mulai mengenal logam, manusia telah dapat
menggunakan peralatan yang terbuat dari logam, seperti peralatan rumah tangga,
pertanian,
berburu, berkebun, dll. Tetapi dengan meluasnya penggunaan
peralatan yang
terbuat dari logam, peralatan tersebut dibuat oleh orang yang ahli
dibidangnya
yang disebut undagi dan tempat pembuatan alat tersebut disebut
perundagian.
Dalam perkembangan teknologi awal ini, masyarakat Indonesia juga
mulai mengenal
benda-benda yang terbuat dari logam dan perunggu. Hal ini terbukti
karena
ditemukannya benda-benda dari perunggu di beberapa wilayah di
Indonesia.
Dapat disimpulkan bahwa seiring dengan mulai dikenalnya logam,
pola pikir dan
teknologi manusia berkembang.
2. Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat
Masa perundagian adalah masa manusia telah mengenal logam. Masa
perundagian
sangat penting artinya dalam perkembangan sejarah Indonesia,
karena pada
masa ini terjalin hubungan dengan daerah-daerah disekitar
Indonesia. Hubungan
ini terjadi karena bahan-bahan dari logam yang tersedia menyebar
di tempat-
tempat tertentu dan untuk mendapatkannya dilakukan sistem barter.
Pada masa ini juga menjadi dasar bertumbuh kembangnya
kerajaan-kerajaan di
Indonesia peninggalan-peninggalan masa perundagian menunjukkan
kekayaan
dan keanekaragaman budaya Indonesia.
Kemakmuran masyarakat diketahui melalui perkembangan teknik
pertanian.
Masyarakat persawahan terus berkembang dengan pesat termasuk pada
aktivitas
ekonominya.
3. Kehidupan Budaya Masyarakat
Benda-benda peninggalan bangsa Indonesia yang terbuat dari logam
diantaranya:
1.Nekara Perunggu
Fungsinya sebagai pelengkap upacara untuk memohon turunnya, hujan
dan sebagai
genderang perang. Banyak ditemukan di daerah timur Indonesia.
2. Kapak Perunggu
Ada yang berbentuk pahat, jantung atau tembilang.
3. Bejana Perunggu
Bentuknya mirip gitar spanyol tanpa tangkai. Ditemukan di daerah
Madura dan
Sumatera
4. Arca Perunggu
Ditemukan di daerah Bangkinang, Riau, Lumajang, Bogor dan
Palembang.
5. Perhiasan
Ditemukan di daerah Bogor, Bali, Malang.
D. Sistem Kepercayaan Awal Masyarakat Indonesia
1.Kepercayaan Terhadap Roh Nenek Moyang
Perkembangan sistem kepercayaan pada masyarakat Indonesia berawal
dari
kehidupan masyarakat berburu dan mengumpulkan makanan. Pada umunya
mereka hidup berpindah-pindah. Namun, dalam perkembangannya mereka
mulai
menetap, menetap di goa-goa yang di tepi pantai atau di pedalaman.
Orang mulai memiliki pandangan bahwa hidup tidak berhenti setelah
orang
meninggal. Orang yang meninggal dianggap pergi ke suatu tempat
yang lebih
baik.
Inti kepercayaan terhadap roh nenek moyang terus berkembang dari
zaman-zaman.
2. Kepercayaan Bersifat Animisme
Animisme merupakan kepercayaan masyarakat terhadap benda yang
dianggap
memiliki roh atau jiwa.
Awal munculnya kepercayaan ini didasari dari berbagai pengalaman
masyarakat yang
bersangkutan.
Di samping itu muncul kepercayaan terhadap benda-benda pusaka yang
dipandang
memiliki roh yang dianggap dapat memberi petunjuk tentang berbagai
hal yang
berkembang dalam masyarakat. Contohnya sebilah keris yang dianggap
pusaka.
Kepercayaan seperti ini masih berkembang hingga sekarang.
3. Kepercayaan Bersifat Dinamisme
Dinamisme adalah kepercayaan bahwa setiap benda memilki kekuatan
gaib.
Contohnya batu cincin dipandang mempuyai kekuatan untuk melemahkan
lawan.
4. Kepercayaan Bersifat Monoisme
Monoisme adalah kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Kepercayaan ini muncul berdasarkan pengalaman-pengalaman dari
masyarakat.
1. PERADABAN
LEMBAH SUNGAI INDUS.
Berdasarkan hasil penggalian yang dilakukan oleh RD
Bannerji dan Sir Jhon Marshall tahun 1922 di
kota Mohenjodaro dan Harappa ditemukan antara lain:
1. Dua buah patung yang coraknya berbeda
yaitu: Patung laki-laki sebatas dada dan patung seorang penari
2. Terdapat bekas bangunan rumah bertingkat yang sudah beberapa
kali mengalami kehancuran (6 – 7 lapis).
3. Ditemukan meterai yang berfungsi sebagai hiasan
keagamaan dan dianggap mempunyai kesaktian.
4. Ditemukan patung Dewi Ibu/Dewi Kesuburan.
5. Bangsa yang mendiami daerah tersebut adalah suku
DRAVIDA yang pada tahun 1500 SM diserbu oleh suku bangsa ARYA (Indo Jerman)
sehingga suku asli terdesak ke Selatan yaitu dataran tinggi Dekhan.
6. Mengenal ajaran Karma Samsara
Teknologi yang dimiliki sangat tinggi yaitu telah membuat pakaian dari
kapas, alat pertanian, alat rumah tangga, bangunan, dan membuat perhiasan dari
emas, perak, batu, serta membuat senjata panah, tombak dan kapak. Kepercayaan
bangsa Dravida berupa politheisme dengan memuja dewa langit, dewa bulan, dewa
api, dewa air, dan dewa ibu sebagai dewi kesuburan.
2. PERADABAN
LEMBAH SUNGAI KUNING ( HWANGHO )
Kehidupan masyarakatnya bercocok tanam dengan memanfaatkan aliran sungai
Kuning seperti: gandum, padi, jagung, Teh dan kedelai. Karena daerahnya yang
subur menjadi pusat perhatian bangsa Asia Tengah (Mongol) sehingga berlaku
hokum tantangan dan jawaban. Tantangannya yaitu :
Bangsa-bangsa ganas di Asia Tengah selalu memusatkan perhatiannya pada lembah
Sungai Kuning yang subur. Jawabannya: Karena serangan yang
terus menerus maka kaisar China membangun tembok besar (The Great Wall Of
China) panjangnya: 2000 mil, Lebar: 5 meter, dan tingginya: 11 meter.
Pada masa pemerintahan Dinasti Chou hubungan antara daerah satu sama lain belum
lancer sehingga tugas pengawasan di daerah diserahkan pada para bangsawan rendahan
(Vazal). Untuk membalas kebaikan mereka maka kaisar memberikan
pinjaman tanah yang pada akhirnya melahirkan sistem Feodal. Selain itu terdapat
ajaran filsafat Kong Hu Chu yang pada prinsipnya adalah
pembinaan kehidupan yang selaras dengan alam, keluarga dan leluhur. Ajaran ini
lahir karena terjadi pertentangan antara para vazal dan manusia terlena dengan
urusan keduaniaan. Juga lahir ajaran Taoisme oleh
Lao-Tze yang mengatakan bahwa ada kekuatan gaib yang mengatur keadilan dan
ketertiban di alam semesta yang disebut TAO. Keadilan dan ketenteraman akan
tercapai apabila orang akan tunduk pada ajaran TAO.
Peradaban
ini diperkirakan ada sejak tahun 3000 SM. Bangsa Cina umumnya tinggal di Lembah
Sungai Hoang Ho dan Yang Tse Kiang. Lembah Hoang Ho dan Yang Tse Kiang
merupakan daerah yang subur dan dikembangkan pertanian dengan hasil gandum,
padi, jagung, teh, kedelai dan murbai. Juga dihasilkan barang dari
keramik dan sutra yang diperdagangkan sampai ke luar Cina. Selain pertanian dan
perikanan, bangsa Cina juga mengembangkan peternakan yaitu memelihara ulat
sutra, kuda, sapi, babi, kambing, dan sebagainya. Teknologi berkembang pesat di
mana dapat dihasilkan perhiasan, alat rumah tangga, pisau, pedang, tombak,
cangkul, dan sabit. Kepercayaan bangsa Cina bersifat politheisme atau memuja
banyak dewa yang menguasai kekuatan alam, misal Dewa Feng Pa (Dewa Angin) dan
Dewa Lei Shih (Dewa Topan). Selain itu juga, Dewa T’ai shan yaitu 4 dewayang
menguasai bukit suci sebagai dewa yang tinggi.
Bentuk
pemerintahan Cina berupa kerajaan, di mana pada masa Dinasti Ch’in menganut
asas desentralisasi. Wilayah negara dibagi atas 36 provinsi. Setiap provinsi
dikepalai gubernur. Gubernur bertanggung jawab secara langsung kepada kaisar.
Sedangkan pada masa Dinasti T’ang, pemerintahan menganut pola sentralisasi.
Wilayah kerajaan dibagi atas 10 provinsi dan segala sesuatu diatur oleh
pemerintah pusat.
3. PERADABAN
LEMBAH SUNGAI TIGRIS DAN EUFRAT (MESOPOTAMIA)
Wilayahnya sangat subur karena diapit oleh dua sungai
besar yaitu Tigris dan Eufrat. Mata pencaharian penduduknya adalah pertanian
(Kedelai dan jewawut), Peternakan (domba, lembu dsb) dan perdagangan (antara
Laut Tengah, India, Asia Tengah, Teluk Persia dan Laut Merah ). Kepercayaan
masyarakatnya Polytheisme, seperti: Dewa Air (Enki), Dewa langit (Anu), Dewa
Bumi (Enlil), Dewa Api dan Dewa Kesuburan (Marduk). Khusus untuk Dewa Marduk
dibuatkan patung wanita yang menggambarkan dewi kesuburan dan dibuatkan Ziggurat (bangunan
dari tanah liat yang dibangun di atas gundukan tanah). Dalam bidang lain mereka
mengenal:
·
Tulisan Paku
pada lempengan batu tentang UU Hammurabbi yang berisi
280 pasal UU Hammurabi (Codex Hammurabi).
·
Dalam bidang
astronomi mengenal khatulistiwa dibagi menjadi 3600 mengenal bintang dan
planet.
·
Mengenal sistem
kalender berdasarkan perhitungan bulan.
·
Mengenal pembagian
waktu (jam, menit, detik) dan menghitung dengan satuan 60-an (sixadesimal).
Bangsa yang mendiami daerah ini adalah Bangsa Sumeria lalu di
kalahkan oleh suku Amoria dari Indo Jerman dan mendirikan kerajaan Babylonia
I dengan Raja Hammurabbi. Tahun 750 SM dikalahkan oleh
bangsa Assyria dengan Raja Ashurbanipal. Tahun 612
SM bangsa Assyria dikalahkan oleh bangsa Kaldea yang membangun
kerajaan Babylonia II dengan Raja Nebukadnezar.
Tahun 536 SM menjadi rebutan bangsa Media dan Persia yang
dimenangkan oleh Persia. Persia memerintah di atas wilayah Mesopotamia yang
subur dengan raja pertama R Cyrus (550 SM) dilanjutkan
oleh Darius Agung (521-485 SM).
4. PERADABAN
LEMBAH SUNGAI NIL
Corak kehidupan
masyarakatnya agraris dengan hasil utamanya adalah gandum dan kapas.
Kepercayaan masyarakatnya adalah Polytheisme seperti Dewa RA (matahari), Dewa
Bulan (Amon) lalu disatukan menjadi dewa AMONRA. Untuk memuja dewa ini
dibuatkan Obelisk (Tugu batu runcing berbentuk segitiga yang
dihiasi dengan tulisan gambar) juga percaya pada dewa Thot (pengetahuan), dewa
Anubis (kematian), Osiris (pengadilan), Issis (dewa Sungai Nil), Dewa Apis
berbentuk Sapi, Dewa Ibis berbentuk burung. Mereka juga percaya pada roh-roh
leluhur yang akan mengubah bentuk pemakaman menjadi pengawetan mayat (MUMMIA) yang
disimpan dalam Pyramida. Dalam Pyramida terdapat patung singa berkepala
manusia (Sphinx). Dalam bidang lain , selain pengawetan mayat juga
mengenal penguburan mayat dengan cara jongkok, mengenal tulisan gambar,
mengenal ilmu perbintangan dan sistem kalender. Dalam bidang pemerintahan
dipimpin oleh Fir’aun (Pharaos) yang dipuja sebagai Tuhan.
Rakyat harus taat dalam membayar pajak dan wajib kerja untuk pengabdian
terhadap Fir’aun. Namun pada akhirnya Fir’aun dianggap sebagai manusia biasa
dan kepercayaan mereka monotheisme dengan dewa Matahari sebagai dewa yang
tunggal.
Sungai
nil membawa pengaruh daerah sekitar menjadi subur karena bila banjir membawa
lumpur. Hal ini mendasari pendapat sejarawan Yunani Herodotus menyebutkan Mesir
sebagai hadiah Sungai Nil. Peradaban Mesir yang maju disebabkan adanya Sungai
Nil yang selalu banjir setiap tahun. Raja dibantu oleh pejabat tinggi yaitu
perdana menteri. Peradaban dibuktikan dengan bangunanan Mesir dapat
dibuktikan dari bangunan Pyramida (kuburan raja Mesir), Mustaba (tempat
penyimpanan mayat/ mummy), Sphinx (Patung berbadan singa dan berkepala
manusia), Istana Gize Karmak luxor dan kuil agung di Abu sinbel. Bangsa Mesir
mengenal tulisan Hierog Lyph tulisan berupa gambar, misal batu Rosetta dapat
dibaca oleh Champolion pada tahun 1800 . Dengan tulisan Hieroglyph, bangsa
Mesir menuliskan masalah agama, pemerintahan, ekonomi, dan sebagainya. Di
bidang Astronomi, bangsa Mesir telah mengenal peredaran bumi, matahari,
bintang, kalender 365 hari, dan ilmu perbintangan untuk keperluan pertanian.
5. PERADABAN
ROMAWI KUNO
Peradaban
Romawi kuno tak bisa dilepaskan dari sejarah peradaban Yunani Kuno, karena bangsa
Romawi ini adalah bangsa yang penjajah, dan banyak kebudayaanYunani Kuno
yang diambil dengan proses adaptasi maupun adopsi. Namun, kita tidak bisa
memungkiri bahwa bangsa Romawi adalah bangsa yang besar
yang pernah menguasai lebih dari separuh benua Eropa bahkan kekuasaan sampai
pada Asia, dan mengalahkan raja-raja di Asia maupun di Afrika.
Peradaban Romawi
Peradaban Romawi
tumbuh dan berkembang di sebuah kota yang bernama Roma yang didirikan oleh
orang yang berkebangsaan Yunani bernama Remus dan Romulus. Kota Roma
diperkiran berdiri sejak abad ke-7. Remus dan Romulus adalah dua saudara dari
kerajaan Yunani yang melarikan diri dari perang troya.
Perkembangan
peradaban Romawi dilakukan oleh suku Latia. Sebuah suku kebangsaan Eropa yang menempati wilayah yang dinamakan
Latium. Latium merupakan sebuah lembah yang subur dan kaya dengan pengunungan
yang hijau. Penduduk Latium kemudian menyebut mereka bangsa latin dan
mengembangkan tulisan yang disebut huruf latin. Roma yang didirikan oleh bangsa
Yunani tersebut menjadi pusat kebudayaan bangsa Latin. Roma mempunyai
letak yang strategis yaitu terletak di lembah sungai Tiber.
Dewa-Dewa Romawi
Bangsa Romawi
menganut paham politheisme, sama halnya seperti Yunani. Jenis dewanya
pun hampir, sama hanya saja dengan nama yang berbeda. Kuil pemujaannya hampir
sama, hanya seni arsitekturnya yang berbeda.
Contoh dari nama
dewa-dewa Romawi adalah Jupiter sebagai pemimpin para dewa. Sedangkan di Yunani
itu bernama Zeus. Veni dewi kecantikan sedang di Yunani bernama Aprodite, Mars
dewa perang, sedangkan di Yunani bernama Ares, Neptunus dewa laut sedang di
Yunani bernama Passedon. Dan yang menjadi ciri khas Romawi adalah dewa Apholo,
dewa matahari, seorang dewa
yang homoseksual.
Arsitektur Romawi
Bangsa romawi suka
dengan hal-hal megah mewah dan menumental, salah satu peninggalannya yang
paling berharga adalah Colosseum, yang sekarang bangunannnya ditiru menjadi
stadion sepak bola.
Colosseum adalah sebuah arena hiburan para raja untuk melihat pertunjukan
gladiator atau ksatria Romawi yang akan beradu ketangkasan bersama hewan
liar.
6. PERADABAN
YUNANI KUNO
Peradaban Yunani
kuno selalu menjadi topik menarik. Ini adalah negeri para dewa. Masyarakatnya
mengalami peradaban yang maju sejak masa kuno. Sebagian besar ahli sejarah meyakini
bahwa peradaban Yunani merupakan dasar dari perabadan Barat. Pengaruhnya yang
tinggi terhadap Kekaisaran Romawi hingga meluas ke wilayah Eropa lainnya,
membuat peradaban Yunani dipandang sebagai
peradaban tertinggi di masa lalu.
Sistem Kepercayaan
Masyarakat Yunani Kuno
Sistem kepercayaan
masyarakat Yunani Kuno adalah memuja banyak dewa atau
politeisme. Uniknya, mereka menggambarkan dewa-dewi yang disembahnya itu
memiliki tubuh dan perilaku seperti manusia. Namun, mereka meyakini bahwa
dewa-dewi memiliki tubuh lebih besar dan indah serta hidup
abadi.
1. Filsafat
Peran Yunani dalam
bidang yang satu ini tidak dapat terbantahkan. Filsuf besar, seperti Plato, Socrates, dan Aristoteles, menjadi bukti kemajuan
Yunani dari segi falsafah. Para ahli pemikir ini telah mewariskan segudang ilmu
kepada manusia generasi berikutnya, bahkan sampai saat ini.
2. Arsitektur
Di bidang arsitektur, masyarakat Yunani bisa dikatakan sangat maju. Bangsa Yunani telah
melahirkan banyak seniman hebat yang menghasilkan karya-karya besar yang masih
dikagumi hingga kini. Pada masa itu, mereka telah mengenal seni pahat tingkat
tinggi dengan membuat karya patung para dewa, seperti patung Dewa Zeus, Dewi
Athena, dan Venus de Millo.
3. Bidang Keilmuan
Dalam segi
pengetahuan, kemajuan yang dicapai Yunani sangat tinggi. Negeri ini telah
menghasilkan ilmuwan, seperti :
·
Hipokrates yang
disebut sebagai Bapak Kedokteran dan terkenal dengan sumbangannya berupa sumpah
dokter,
4. Kesusastraan
Di bidang kesusastraan, Yunani melahirkan seorang sastrawanbesar sepanjang masa, yaitu Homerus yang
terkenal dengan karyanya Illiad dan Odyssea. Kedua
karyanya ini memiliki kaitan dengan kejadian besar di Yunani, yaitu Perang
Troya.
1 tradisi sejarah aksara dan pra aksara
Ciri - ciri tradisi lisan adalah:
Tradisi lisan berawal dari
generasi sebelum generasi sekarang. Hal ini menunjukkan fungsi pewarisan pada
tradisi lisan.
Pesan-pesan disampaikan secara lisan, baik lewat ucapan, nyanyian, ataupun musik.
Tradisi lisan ada sejak manusia memiliki kemampuan untuk berkomunikasi. Walaupun belum mengenal tulisan tetapi mereka telah mampu merekam pengalaman masa lalunya.
Sebagai contoh tradisi lisan adalah:
Pesan-pesan disampaikan secara lisan, baik lewat ucapan, nyanyian, ataupun musik.
Tradisi lisan ada sejak manusia memiliki kemampuan untuk berkomunikasi. Walaupun belum mengenal tulisan tetapi mereka telah mampu merekam pengalaman masa lalunya.
Sebagai contoh tradisi lisan adalah:
§
Aktivitas membuat gerabah yang awal dikenal pada masa bercocok
tanam yang semakin berkembang.
§
Aktivitas bercocok tanam hingga sekarang masih terdapat karena
diwariskan dengan cara bertahap & turun temurun dari nenek moyang
kita kepada generasi selanjutnya.
Pada masyarakat praaksara yang sudah mengenal tulisan, pewarisan masa lalu dilakukan secara lisan. Tujuannya supaya generasi penerus mengetahui kejadian2 penting di masa lampau yang sudah dialami oleh leluhurnya.
Adapun beberapa cara masyarakat praaksara mewariskan kebudayaannya yaitu sebagai berikut:
Melalui Keluarga.
Keluarga merupakan kelompok
sosial yang pertama kali anda kenal. Cara sosialisasi dalam keluarga pada
masyarakat praaksara diantaranya adalah:
a. Adat istiadat.
Setiap keluarga mempunyai adat istiadat (kebiasaan). Adat istiadat adalah kebiasaan yang dilakukan dalam suatu kelompok.
Tradisi adat istiadat tersebut diwariskan kepada seorang anak dengan cara sosialisasi*).
*) Sosialisasi adalah proses menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial.
Dengan cara langsung, contohnya dengan cara mengajarkan secara lisan tentang adat istiadat, tradisi, maupun kebiasaan yang berlaku dalam sebuah keluarga. Sedangkan dengan cara tidak langsung, misalnya dengan memberikan contoh perilaku.
b. Cerita dongeng.
Cerita dongeng juga merupakan salah satu cara untuk dapat mewariskan masa lampau. Dongeng adalan cerita yang tidak benar-benar terjadi (cerita fiksi), biasanya tentang kejadian2 pada masa lalu yang dianggap aneh oleh masyarakat setempat.
Pada cerita dongeng disisipkan pesan2 tentang sesuatu untuk dapat dipandang baik untuk dilakukan serta sesuatu yang tidak boleh dilakukan.
a. Adat istiadat.
Setiap keluarga mempunyai adat istiadat (kebiasaan). Adat istiadat adalah kebiasaan yang dilakukan dalam suatu kelompok.
Tradisi adat istiadat tersebut diwariskan kepada seorang anak dengan cara sosialisasi*).
*) Sosialisasi adalah proses menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial.
Dengan cara langsung, contohnya dengan cara mengajarkan secara lisan tentang adat istiadat, tradisi, maupun kebiasaan yang berlaku dalam sebuah keluarga. Sedangkan dengan cara tidak langsung, misalnya dengan memberikan contoh perilaku.
b. Cerita dongeng.
Cerita dongeng juga merupakan salah satu cara untuk dapat mewariskan masa lampau. Dongeng adalan cerita yang tidak benar-benar terjadi (cerita fiksi), biasanya tentang kejadian2 pada masa lalu yang dianggap aneh oleh masyarakat setempat.
Pada cerita dongeng disisipkan pesan2 tentang sesuatu untuk dapat dipandang baik untuk dilakukan serta sesuatu yang tidak boleh dilakukan.
Melalui Masyarakat.
a. Adat
istiadat.
Adat Istiadat dapat menjadi sarana untuk mewariskan masa lampau kepada generasi penerus. Masa lampau yang diwariskan oleh generasi terdahulu terhadap generasi selanjutnya terkadang tidak sama persis dengan yang terjadi pada masa lampau itu, tetapi mengalami perubahan sesuai perkembangan zaman.
b. Kepercayaan manusia.
Latar belakang munculnya sistem kepercayaan dalam masyarakat adalah kesadaran akan adanya jiwa yang sifatnya abstrak.
Adat Istiadat dapat menjadi sarana untuk mewariskan masa lampau kepada generasi penerus. Masa lampau yang diwariskan oleh generasi terdahulu terhadap generasi selanjutnya terkadang tidak sama persis dengan yang terjadi pada masa lampau itu, tetapi mengalami perubahan sesuai perkembangan zaman.
b. Kepercayaan manusia.
Latar belakang munculnya sistem kepercayaan dalam masyarakat adalah kesadaran akan adanya jiwa yang sifatnya abstrak.
Kapan mulai tumbuh sistem kepercayaan dalam masyarakat Indonesia?
Di Indonesia diperkirakan
mulai tumbuh sistem kepercayaan pada masa berburu & mengumpulkan makanan.
c. Pertunjukkan hiburan.
Menurut J.L. Brandes (seorang ahli sejarah berkebangsaan Belanda) menjelang masuknya pengaruh Hindu - Budha maupun menjelang kehidupan masyarakat indonesia mengenal tulisan, Indonesia sudah mempunyai sepuluh unsur pokok kebudayaan asli Indonesia. Apa saja?
c. Pertunjukkan hiburan.
Menurut J.L. Brandes (seorang ahli sejarah berkebangsaan Belanda) menjelang masuknya pengaruh Hindu - Budha maupun menjelang kehidupan masyarakat indonesia mengenal tulisan, Indonesia sudah mempunyai sepuluh unsur pokok kebudayaan asli Indonesia. Apa saja?
Berikut sepuluh unsur pokok kebudayaan asli Indonesia adalah:
§ Bercocok
tanam padi di sawah.
§ Mengenal
seni gamelan yang terbuat dari perunggu.
§ Pandai
membatik (tulisan hias).
§ Mengenal
prinsip dasar permainan wayang untuk mendatangkan roh nenek moyang.
§ Membuat
barang2 dari logam, terutama perunggu.
§ Susunan
masyarakat yang teratur.
§ Mengenal
pengetahuan astronomi.
§ Mempunyai
kemampuan tinggi dalam pelayaran.
§ Sudah
mengenal alat tukar dalam perdagangan.
§ Pola
susunan masyarakat macapat.
Dalam pelaksanaan sistem religi, masyarakat praaksara menggunakan lima komponen. Sebutkan !
Berikut lima komponen tersebut adalah:
§
Emosi keagamaan, emosi
adalah penggerak keinginan manusia untuk dapat melakukan sesuatu, terutama
dalam hal yang dianggap sesuai dengan keyakinan serta kebenaran yang diyakini
mutlak.
§
Peralatan ritus & upacara,
berbentuk alat2 utama yang digunakan pada ritus & upacara serta menjadi
simbol dari konsep religi yang dilambangkannya.
§
Sistem ritus & upacara, sistem
ini adalah tata kelakuan maupun sejumlah tahapan yang harus dilakukan untuk
dapat mengadakan hubungan dengan yang diyakini serta melaksanakan ajaran2
agamanya.
§
Sistem keyakinan,
keyakinan manusia adalah nilai2 & konsep tentang sifat2 tuhan, alam gaip,
serta kekuatan2 yang melebihi manusia & dianggap merupakan kebenaran yang
mutlak.
§
Umat agama, yang dimaksud adalah
sekelompok orang yang meyakini serta melaksanakan ajaran2 agamanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar