A. Awal
islam di Asia
Tenggara
Terdapat tiga hal yang
diperdebatkan oleh ulama mengenai datang nya Islam di Indonesia: waktu datang,
penyebar, dan daerah asal penyebar.
Azyumardi azra menginformasikan sejumlah teori
tentang datangnya islam di
Asia Tenggara.
1.
Pijnappel ( sejarawan
universitas leiden ) berpendapa bahwa islam datang ke nusantara berasal dari
anak benua india, yaitu Gujarat dan Malabar. Pendapat ini didukung oleh snouck
hurgronye.
2.
Moquette, sarjana
belanda lainnya, berpendapat bahwa islam datang ke nusantara berasal dari
Gujarat.
3.
Fatimi berpendapat
bahwa islam disebarkan di nusantara berasal dari Bengal.
4.
Marisson berpendapat
bahwa islam yang disebarkan di nusantara berasal dari pantai Coromandel pada
abad ke-13 M,
5.
Crawfurd berpendapat
bahwa islam yang disebarkan di nusantara berasal dari arab.
Siti Maryam dkk. Menginformasikan
pendapat tentang waktu datangnya islam
1.
Sebagian ahli
berpendapat bahwa islam datang ke asia tenggara pada abad pertama hijriah (
abad VII M )
2.
Islam masuk ke asia
tenggara pada abad XIII M dengan
hipotesis akibat keruntuhan dinasti abbasiyah oleh hulagu ( 1258 M )
Badri
yatim menginformasikan bahwa islam disebarkan di kembangkan di asia tenggara (
termasuk Indonesia ) dengan tiga tahap :
1.
Islam disebarkan di
pelabuhan-pelabuhan nusantara
2.
Terbentuknya
komunitas-komunitas islam dibeberapa kepulauan nusantara
3.
Berdirinya kerajaan-kerajaan
islam
Azyumardi Azra mengatakan bahwa perkembangan islam
di asia tenggara mengalami tiga tahap :
1.
Islam disebarkan oleh
para pedagang yang berasal dari arab, india, dan Persia disekitar pelabuhan (
terbatas ). Pada tahap ini, para ulam yang juga merangkap sebagai pedagang
memiliki peran besar dalam penyebaran islam. Disamping itu, penyebaran islam
tahap ertama ini sangat diwarnai oelh aspek mistik islam ( tasawuf ). Meskipun demikian, tidak berarti
syari’at atau fiqih diabaikan sama sekali. Tahap pertama ini berlangsung hingga
majapahit runtuh ( abad XV M )
2.
Sejak datang dan
berkuasanya belanda di Indonesia, inggris di semananjung Malaya, dan spanyol di
Filipina sampai abad XIX M
3.
Tahap liberalisasi
kebijakan pemerintahan kolonial, terutama belanda di Indonesia, pada tahap ini
proses islamisasi di asia tenggara sampai bentuknya seperti sekarang ni.
K.N Sofyan Hasan dan Warkum Sumitro
( 1994 ) menyederhanakan perdebatan mengenai kedatangan islam di Nusantara. Menurutnya,
sejarawan terbagi menjadi dua kelompok dalam menjelaskan asal-usul islam di
nusantara ( termasuk Indonesia )
1.
Husin Jayadiningrat dan
Cristien Snouck Hurgronje ( ahli hukum dari belanda ) berpendapat bahwa islam
datang ke nusantara pada abad XII yang dibawa oleh para da’I dan pedagang dari
Persia melalui india. Argumentasi nya adalah
a. Kerajaan
islam pertama di Indonesia adalah samudra pasai di aceh utara ( lhoksemawe ).
Nama samudra pasai berasal dari kata Persia.
b. Mistik
yang diajarkan di Indonesia sama dengan mistik yang dijalankan di Persia,
buktinya adalah adanya kesamaan ajaran al-Hallaj dengan syekh siti jennar
c. Cara
membaca al-qur’an di Indonesia sama dengan cara membaca al-qur’an di Persia.
2.
Hamka dan W.P Goenevelt
berpendapat bahwa islam datang ke nusantara langsung dari arab ( mesir ) tidak
melalui Persia dan india. Alasannya adalah
a. Mazhab
yang di anut oleh kerajaan islam pasai pada waktu itu adalah mazhab syafi’I dan
mazhab itu berasal dari mekkah
b. Gelar-gelar
raja pasai yang dipakai pada waktu itu adalah gelar raja-raja mesir.
Pada
tanggal 7 maret 1963 di medan diadakan seminar tentang masuknya Islam di Indonesia
dengan kesimpulan
a. Islam
masuk ke Indonesia pada abad VII M langsung dari arab
b. Daerah
pertama yang di datangi islam adalah pesisir sumatera dan kerajaan islam pertama
adalah samudra pasai
c. Pada
awalnya, islam disebarkan oleh orang asing yang beragama islam, pada tahap
berikutnya, umat islam Indonesia turut aktif dalam penyebaran islam
d. Mubalig
( penyebar islam ) merangkap sebagai pedagang
e. Islamisasi
dilakukan dengan cara damai
f. Kedatangan
islam mendorong lahirnya peradaban bangsa Indonesia
B. Cara-cara
Datang dan Berkembangnya Islam di Asia Tenggara
Menurut Uka Tjandrasasmita saluran-saluran
Islamisasi yang berkembang ada beberapa yaitu:
1.
Saluran Perdagangan
Pada taraf
permulaan, proses masuknya Islam adalah melalui perdagangan. Kesibukan
lalu-lintas perdagangan pada abad ke-7 hingga ke-16 membuat pedagangpedagang
Muslim (Arab, Persia dan India) turut ambil bagian dalam perdagangan dari
negeri-negeri bagian Barat, Tenggara dan Timur Benua Asia.Saluran Islamisasi
melaui perdagangan ini sangat menguntungkan karena para raja dan bangsawan
turut serta dalam kegiatan perdagangan, bahkan mereka menjadi pemilik kapal dan
saham.Mereka berhasil mendirikan masjid dan mendatangkan mullah-mullah dari
luar sehingga jumlah mereka menjadi banyak, dan karenanya anak-anak Muslim itu
menjadi orang Jawa dan kaya-kaya. Di beberapa tempat penguasa-penguasa Jawa
yang menjabat sebagai Bupati Majapahit yang ditempatkan di pesisir Utara Jawa
banyak yang masuk Islam, bukan karena hanya faktor politik dalam negeri yang
sedang goyah, tetapi karena factor hubungan ekonomi drengan
pedagang-rpedrarrgarng Muslim. Perkembangan selanjutnya mereka kemudian
mengambil alih perdagangan dan kekuasaan di tempat-tempat tinggalnya
2.
Saluran Perkawinan
Dari sudut
ekonomi, para pedagang Muslim memiliki status sosial yang lebih baik daripada
kebanyakan pribumi, sehingga penduduk pribumi terutama puteri-puteri bangsawan,
tertarik untuk menjadi isteri saudagar-saudagar itu.Sebelum dikawin mereka
diIslamkan terlebih dahulu. Setelah mereka mempunyai keturunan, lingkungan
mereka makin luas, akhirnya timbul kampung-kampung, daerah-daerah dan kerajaan
Muslim Dalam perkembangan berikutnya, ada pula wanita Muslim yang dikawini oleh
keturunan bangsawan; tentu saja setelah mereka masuk Islam terlebih dahulu.
Jalur perkawinan ini jauh lebih menguntungkan apabila antara saudagar Muslim
dengan anak bangsawan atau anak raja dan anak adipati, karena raja dan adipati
atau bangsawan itu kemudian turut mempercepat proses Islamisasi. Demikianlah
yang terjadi antara Raden Rahmat atau sunan Ampel dengan Nyai Manila, Sunan
Gunung Jati dengan puteri Kawunganten, Brawijaya dengan puteri Campa yang
mempunyai keturunan Raden Patah (Raja pertama Demak) dan lain-lain.
3.
Saluran Tasawuf
Pengajar-pengajar tasawuf atau para sufi mengajarkan teosofi yang
bercampur dengana jaran yang sudah dikenal luas oleh masyarakat Indonesia.
Mereka mahir dalam soal magis dan mempunyai kekuatan-kekuatan menyembuhkan.
Diantara mereka juga ada yang mengawini puteri-puteri bangsawab setempat.
Dengan tasawuf, “bentuk” Islam yang diajarkan kepada penduduk pribumi mempunyai
persamaan dengan alam pikiran mereka yang sebelumnya menganut agama Hindu,
sehingga agama baru itu mudah dimengerti dan diterima. Diantara ahli-ahli
tasawuf yang memberikan ajaran yang mengandung persamaan dengan alam pikiran
Indonesia pra-Islam itu adalah Hamzah Fansuri di Aceh, Syekh Lemah Abang, dan
Sunan Panggung di Jawa. Ajaran mistik seperti ini masih dikembangkan di abad
ke-19 M bahkan di abad ke-20 M ini.
4.
Saluran Pendidikan
Islamisasi
juga dilakukan melalui pendidikan, baik pesantren maupun pondok yang
diselenggarakan oleh guru-guru agama, kiai-kiai dan ulama.Di pesantren atau
pondok itu, calon ulama, guru agama dan kiai mendapat pendidikan agama.Setelah
keluar dari pesantren, mereka pulang ke kampung masing-masing atau berdakwak
ketempat tertentu mengajarkan Islam.Misalnya, pesantren yang didirikan oleh
Raden rahmat di Ampel Denta Surabaya, dan Sunan Giri di Giri.Kleuaran pesantren
ini banyak yang diundang ke Maluku untuk mengajarkan Agama Islam.
5.
Saluran Kesenian
Saluran
Islamisasi melaui kesenian yang paling terkenal adalah pertunjukan
wayang.Dikatakan, Sunan Kalijaga adalah tokoh yang paling mahir dalam
mementaskan wayang. Dia tidak pernah meminta upah pertunjukan, tetapi ia
meminta para penonton untuk mengikutinya mengucapkan kalimat syahadat. Sebagian
besar cerita wayang masih dipetik dari cerita Mahabarata dan Ramayana, tetapi
dalam serita itu di sisipkan ajaran nama-nama pahlawan Islam.Kesenian-kesenian
lainnya juga dijadikan alat Islamisasi, seperti sastra (hikayat, babad dan
sebagainya), seni bangunan dan seni ukir
6.
Saluran Politik
Di Maluku
dan Sulawesi selatan, kebanyakan rakyat masuk Islam setelah rajanya memeluk
Islam terlebih dahulu.Pengaruh politik raja sangat membantu tersebarnya Islam
di daerah ini.Di samping itu, baik di Sumatera dan Jawa maupun di Indonesia
Bagian Timur, demi kepentingan politik, kerajaan-kerajaan Islam memerangi
kerajaan-kerajaan non Islam.Kemenangan kerajaan Islam secara politis banyak
menarik penduduk kerajaan bukan Islam itu masuk Islam. Untuk lebih memperjelas
bagaimana proses masuknya agama Islam di Asia Tenggara ini, ada 3 teori diharapkan
dapat membantu memperjelas tentang penerimaan Islam yang sebenarnya:
a. Menekankan
peran kaum pedagang yang telah melembagakan diri mereka di beberapa wilayah
pesisir lndonesia, dan wilayah Asia Tenggara yang lain yang kemudian melakukan
asimilasi dengan jalan menikah dengan beberapa keluarga penguasa local yang
telah menyumbangkan peran diplomatik, dan pengalaman lnternasional terhadap
perusahaan perdagangan para penguasa pesisir. Kelompok pertama yang memeluk
agama lslam adalah dari penguasa lokal yang berusaha menarik simpati
lalu-lintas Muslim dan menjadi persekutuan dalam bersaing menghadapi
pedagang-pedagang Hindu dari Jawa. Beberapa tokoh di wilayah pesisir tersebut
menjadikan konversi ke agama lslam untuk melegitimasi perlawanan mereka
terhadap otoritas Majapahit dan untuk melepaskan diri dari pemerintahan
beberapa lmperium wilayah tengah Jawa.
b. Menekankan
peran kaum misionari dari Gujarat, Bengal dan Arabia. Kedatangan para sufi
bukan hanya sebagai guru tetapi sekaligus juga sebagai pedagang dan politisi
yang memasuki lingkungan istana para penguasa, perkampungan kaum pedagang, dan
memasuki perkampungan di wilayah pedalaman. Mereka mampu mengkomunikasikan visi
agama mereka dalam bentuknya, yang sesuai dengan keyakinan yang telah
berkembang di wilayah Asia Tenggara. Dengan demikian dimungkinkan bahwa
masuknya Islam ke Asia Tenggara agaknya tidak lepas dengan kultur daerah
setempat.
c. Lebih
menekankan makna lslam bagi masyarakat umum dari pada bagi kalangan elite
pemerintah. Islam telah menyumbang sebuah landasan ldeologis bagi kebajikan
lndividual, bagi solidaritas kaum tani dan komunitas pedagang, dan bagi
lntegrasi kelompok parochial yang lebih kecil menjadi masyarakat yang lebih
besar (Lapidus, 1999:720-721). Agaknya ketiga teori tersebut bisa jadi semuanya
berlaku, sekalipun dalam kondisi yang berbeda antara satu daerah dengan yang
lainnya. Tidak terdapat proses tunggal atau sumber tunggal bagi penyebaran
lslam di Asia Tenggara, namun para pedagang dan kaum sufi pengembara, pengaruh
para murid, dan penyebaran berbagai sekolah agaknya merupakan faktor penyebaran
lslam yang sangat penting.
C. Tahap-tahap
Perkembangan Islam
1. Kehadiran
para pedagang Muslim (7 - 12 M)
Fase ini diyakini sebagai fase permulaan dari proses
sosialisasi Islam di kawasan Asia Tenggara, yang dimulai dengan kontak sosial
budaya antara pendatang Muslim dengan penduduk setempat. Pada fase pertama ini,
tidak ditemukan data mengenai masuknya penduduk asli ke dalam Islam. Bukti yang
cukup jelas mengenai hal ini baru diperoleh jauh kemudian, yakni pada permulaan
abad ke-13 M / 7 H. Sangat mungkin dalam kurun abad ke 1 sampai 4 H terdapat
hubungan perkawinan antara pedagang Muslim dengan penduduk setempat, hingga
menjadikan mereka beralih menjadi Muslim. Tetapi ini baru pada tahap dugaan. Walaupun di Leran
- Gresik, terdapat sebuah batu nisan bertuliskan Fatimah binti Maimun yang wafat pada tahun
475 H / 1082 M. Namun dari bentuknya,
nisan itu menunjukkan pola gaya hias makam dari abad ke-16 M seperti yang
ditemukan di Campa, yakni berisi tulisan yang berupa do'a-do'a kepada Allah.
2. Terbentuknya
Kerajaan Islam (13-16M)
Pada fase kedua ini, Islam semakin tersosialisasi
dalam masyarakat Nusantara dengan mulai terbentuknya pusat kekuasaan Islam.
Pada akhir abad ke-13 kerajaan Samudera Pasai
sebagai kerajaan Islam pertama di Indonesia merebut jalur perdagangan di
Selat Malaka yang sebelumnya dikuasai oleh kerajaan Sriwijaya. Hal ini terus
berlanjut hingga pada permulaan abad ke-14 berdiri kerajaan Malaka di
Semenanjung Malaysia. Sultan Mansyur Syah (w. 1477 M) adalah sultan keenam
Kerajaan Malaka yang membuat Islam sangat berkembang di Pesisir timur Sumatera
dan Semenanjung Malaka.Di bagian lain, di Jawa saat itu sudah memperlihatkan
bukti kuatnya peranan kelompok Masyarakat Muslim, terutama di pesisir utara.
3. Pelembagaan
Islam
Pada fase ini sosialisasi Islam semakin tak
terbendung lagi masuk ke pusat-pusat kekuasaan, merembes terus sampai hampir ke
seluruh wilayah.Hal ini tidak bisa dilepaskan dari peranan para penyebar dan
pengajar Islam.Mereka menduduki berbagai jabatan dalam struktur birokrasi
kerajaan, dan banyak diantara mereka menikah dengan penduduk pribumi. Dengan
kata lain, Islam dikukuhkan di pusat-pusat kekuasaan di Nusantara melalui jalur
perdagangan, perkawinan dengan elit birokrasi dan ekonomi, di samping dengan
sosialisasi langsung pada masyarakat bawah. Pengaruh Islamisasi yang pada
awalnya hanya berpusat di satu tempat telah jauh meluas ke wilayah-wilayah lain di Asia tenggara. Islam
Begitu cepat berkembang dan dapat diterima dengan baik di masyarakat karena
Dalam Penyebaran dan perkembangannya, dengan jalan damai.tidak pernah ada
ekspedisi militer ataupun kekerasan untuk Islamisasi ini.
D. Pusat-pusat
penyebaran Islam
di Asia
Tenggara
1. Samudra
pasai
samudra pasai didirikan oleh malik
al-shaleh setelah mendapat dukungan dari masyarakat dalam mengalahkan raja
Rahendra I dari india.
Sultan
al-Malik al-shaleh ( 1297 ) adalah raja pertama dari kerajaan samudra. Beliau
kemudian menikah dengan puteri raja perlak dan memiliki dua anak. Oleh karena
itu, dua kerajaan ini kemudian digabung menjadi kerajaan samudra pasai (
gabungan antara kerajaan samudera dengn
kerajaan perlak ). Kerajaan ini bertahan lama sampai ditundukkan oleh portugis
( 1521 M )
Para pedagang muslim mengislamkan penduduk
urban sedangkan di daerah pedalaman tetap melanjutkan tradisi lama mereka.
Cerita tentang kerajaan ini terdapat dalam sejumlah literature berdasarkan
perjalanan marco polo, ibn Batuthah, dan Fe-Hien ( dari cina )
2.
Malaka
Islam berkembang di Malaka sepanjang jalur perdagangan.
Pendiri kerajaan Malaka adalah Parameswara. Kemudian ia mengganti nama menjadi
Muhammad Iskandar Syah setelah menikah dengan saudara perempuan raja Samudera
pasai. Muhammad Iskandar Syah diganti oleh Muhammad Syah ( 1424-1444M ) dan
Muhammad Syah diganti oleh Abu Sa`id ( 1444-1445 M ), dan Abu diganti oleh
Sultan Muzzaffar Syah ( 1445-1449 M ).
Pada zaman Muzzaffar Syah, Islam dikembangkan lansung
oleh Raja ( Sultan ) sehingga mengalami perkembangan pesat dan mampu menguasai
perdagangan. Ibu kota kerajaan adalah Johor. Pada tahun 1511 M, Portugis
menguasai Malaka, sehingga peran Malaka yang berperan sebagai pusat penyebaran
Islam. Ibu kota Malaka dari Johor dipindahkan ke Kepulauan Riau untuk mengakomodir kepentingan
bangsa Aceh, Aceh kemudian mengantikan peran Malaka sebagai pusat penyebaran
Islam dan mempunyai pemerintahan yang kuat.
3.
Indonesia
Masuknya
agama Islam di Indonesia menimbulkan berbagai teori. Meski beberapa pendapat
mengenai keadtangan agama Islam di Indonesia, mayoritas para ahli sejarah
mempercayai bahwa pada abad ke-7 Islam masuk ke Indonesia. Didukung dengan
datangnya berita dari Cina pada zaman Dinasti Tang, dalam berita itu tercatat
pada abad ke-7 terdapat pemukiman pedagang muslim dari Arab di desa Baros, Sumatra
Utara.
Perkembangan Islam di Indonesia
menonjol pada abad ke-13 bersamaan dengan tumnbuhnya kerajaan-kerajaan Islam di
Indonesia. Pendapat ini merujuk pada catatan Marco Polo yang menerangkan bahwa ia pernah singgah di Perlak pada tahun 1292 M
dan berjumpa dengan orang-orang yang
menganut agama Islam. Bukti lain yang memerkuat tentang pendapat ini ialaha
ditemukannya nisan makam Raja Samudra Pasai, Sultan Malik Al- Saleh tahun 1297.
Jika
diurutkn dari Sabang ke Merauke, pertama kali Islam masuk di Perlak, bagian
utara Sumatra. Hal ini menyangkut letak strategisnya Perlak yang berada
didaerah selat Malaka, yang notabene selat Malaka merupakan jalur perdagangan
internasional dari barat ke timur. Berikutnya dalah kerjaan Samudra Pasai. Di pulau
Jawa, Islam masuk melalui pesisir utara pulau Jawa yang ditandai dengan
ditemukannya makam Fatimah binti Maimun bin Hibatullah yang wafat pada tahun
475 H/ 1082 M di Desa Leran, Kecamatan Manyar, Kabupaten Gresik. Dilihat dari
namanya, diperkirajkan Fatimah ialah keturunan Hibatullah, salah satu dinasti
di Persia. Disamping itu, di Gresik juga ditemukan makam Sunan Maulana Malik
Ibrahim dari kasyan(suatu tempat di Persia) yang meningggal pada tahun 822 H/
1419 M.
Di
Kalimantan, Islam masuk melalui Pontianak yang disiarkan oleh bangsawan Arab
bernama Sultan Syarif Abdurrahman pada Abad ke-18. Di hulu sungai Pawan di
Ketapang Kallimanatan Barat ditemuan pemakaman Islam kuno. Angka tertua pada
pemakaman tersebut adalah tahun 1340 saka/ 1418 M. Dapat disimpulkan bahwa
Islam telah ada sebelum abad ke-15 dan diperkirakan berasal dari Majapahit
karena bentuk makam bergaya Majapahit dan berangka tahun Jawa kuno.
Dikalimantan Timur, Islam masuk melalui kerajaan kutai yang dibawa oleh dua
orang penyiar agama dari minangkabau yang bernama Tuan Haji Bandang dan Tuan
Haji Tunggangparangan. Di Kalimantan Selatan, Islam masuk melalui Kerajaan
Banjar yang disiarkan oleh Dayyan, seorang khatib (Ahli Khotbah) dari Demak. Di
Kalimantan Tengah, bukti kedatangan Islam ditemukan pada masjid Ki Gede di
Kotawaringin yang bertuliskan angka tahun 1434 M.
4.
Serawak, Sulu
dan Mindanau
pada Abad XIV M, sisa- sisa
kekuasaan Sriwijaya ditumpas oleh Majapahit. Sejumlah pangeran dan prajurit
melarikan diri keberbgai wilayah Melayu. Jolo, terdapat kerajaan Babuindah.
Menurut satu riwayat, seorang Arab yang melakukan perjalanan dari Sumatera dan
Kalimantan, menikah dengan anak perempuan raja Babuindah ( 1450 M ). Setelah itu semua Sultan Sulu
menyatakan diri sebagai keturunan dari Sultan pertama ini.
Islam yang berkembang di Sulu dan Filifina Utara dibawa
oleh para pedagang dan da`i dari Malaka ; sehingga Spanyol melaporkan bahwa
sebelum terbentuk kesultanan Islam di Filifina telah ada perkampungan Muslim (
1514 M ).
Setelah Perang Dunia II ,
ditetapkan kebijakan untuk menempatkan orang-orang Kristen di Mindanau
dengan dukungan teknologi dan modal. Kebijakan ini dianggap merugikan umat
Islam. Oleh karena itu, umat Islam Moro dan sekitarnya berjuang dengan
membentuk berbagai oraganisasi sebagai wadah perjuagan ;
a. Muslim Independent Movemen ( MIMI, 1660 ).
b. Moro National liberation front ( MNLF, 1669 ) yang
dipimpin oleh Nur Miswari.
c. Bangsa Moro Army ( BMA ).
5.
Thailand
Islam masuk Thailand pada abad ke-10 masehi
melalui pedagang jazirah arab. Penduduk setempat dapat menerima
ajaran Islam dengan baik tanpa paksaan. Kawasan Thailand yang banyak dihuni
umat muslim adalah wilayah bagian selatan yang berbatasan langsung dengan
Malaysia.
Wilayah Pattani adalah salah satu wilayah Thailand yang pernah mengukir
sejarah gemilang kejayaan Islam. Pada abad ke-15, negeri ini menjadi sebuah
negara Islam terbesar di Asia Tenggara dengan nama kerajaan Islam Pattani
Darussalam. Orang arab menyebutnya Al- Fathoni. Pattani jatuh ke tangan
Thailand pada tahun 1785 setelah kerajaan Thailand mengirimkan intelijen untuk
mencari rahasia kelemahan Pattani. Karena ifat liciknya Thailand sehingga dapat
meruntuhkan kekuasaan Pattani.
Jumlah umat
muslim di Thailand relative kecil, berkiar 2 % . Sumber lain mengatakan bahwa
ada sekitar 10% dan jumlah penduduk Thailand. Namun dengan keadaan yang
demikian mereka terus bertahan dan
berusaha berdakwah. Namun dalam kondisi ekonomi yang tertinggal dari pengusaha
Cina yang beragama Budha. Demikian pula
dalam bidang politik, pemerintahan Thailand yang didominasi penganut Budha
sangat meminggirkan umat muslim. Salah satu kebijakan pemerintahan Thailand
yang merugikan kaum muslim adalah memerintahkan kepada umat Budha agar menyebar
ke daerah selatan Thailand yang dihuni umat Islam.
Dalam presentasenya, penduduk muslim di
Negeri Gajah Putih hanya sekitar 5,5% dari keseluruhan warga Thailand. Fakta
kuantitatif tersebut menyebabkan mereka teersingkir secara sosial dan politik.
Karena hal itu, muncullah gerakan perlawan “Dar Al-Islam”. Dar Al-Islam
merupakan gerakan militant yang berrtujuan untuk memisahkan diri dari belenggu ketidakadilan dari
pemerintahan kerajaan Thai (bangsa Siam/ Ayuthaya).
6.
Singapura
Komunitas
muslim di Singapura terdiri dari 2 kelompok, yaitu migran dari wilayah
indonesia dan migran dari luar wilayah indonesia (India dan Arab). Studi islam
di Singapura telah lama berkembang. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian
yang dilakukan oleh peneliti muslim. Selanjutnya, disebutkan bahwa etnis melayu
merupakan komunitas muslim terbesar di Singapura. Tapi berdasarkan hasil sensus
tahun 1980 yang menyatakan bahwa orang-orang muslim Singapura tertinggal dari
etnis lain dalam bidang sosial ekonomi, maka lembaga-lembaga muslim memberikan
motivasi untuk meningkatkan pendidikan dan berkompetensi secara profesional.
Dari gerakan tersebut muncullah beberapa profesional muslim seperti Maarof
Saleh (Presiden Himpunan Belia Islam), Dr. Muhd. Hussain Muthalib (Direktur
Eksekutif MUIS dan Dosen University of Singapore) dan Ridwan Abdullah (Presiden
The Muslem Convert Assosiation Darul Arqam). Sedangkan dalam bidang pendidikan,
pada tahun 1981 ini didirikan sebuah lembaga yang bergerak pada permasalahan
pendidikan anak muslim (MENDAKI) dan mendapatkan dukungan dari pemerintah
setempat. Keberadaan lembaga ini juga mempercepat lahirnya karya-karya yang
terkait dengan pendidikan bagi kaum minoritasmuslim di Singapura.
7.
Brunei
Darussalam
Brunei Darussalam memperoleh kemerdekaan penuhnya pada tanggal 1 januari
1984. Penduduk negara ini terdiri dari 65% suku melayu, 25% keturunan cina dan
sisanya kelompok pribumi kalimantan. Beberapa sumber menyatakan bahwa agama
islam masuk ke negara ini pada abad ke-15, dan sejak itu negara ini berubah
menjadi kesultanan Islam. Agama resminya juga Islam dan tradisi keislaman juga
dijaga sangat baik sampai sekarang.Dari segi politik situasi di negara ini
terbilang tenang dan stabil karena ukuran negara ini kecil. Dan sebagai agama
resmi negara islam mendapatkan perlindungan dari negara. Dominasi keluarga
kerajaan di bidang pemerintahan dan tidak adanya demokrasi politik memungkinkan
pemerintah memberlakukan kebijakan di bidang agama dan bidang lainnya tanpa
banyak kesulitan
E. Perkembangan Keagamaan dan Peradaban
Sebagaimana
telah diuraikan di atas, pada term penyebaran Islam di Asia Tenggara yang tidak
terlepas dari kaum pedagang Muslim. Hingga kontrol ekonomi pun di monopoli oleh
mereka. Disamping itu pengaruh ajaran Islam sendiripun telah mempengaruhi
berbagai aspek kehidupan Masyarakat Asia Tenggara. Islam mentransformasikan
budaya masyarakat yang telah di-Islamkan di kawasan ini, secara bertahap. Islam
dan etos yang lahir darinya muncul sebagai dasar kebudayaan.
Namun
dari masyarakat yang telah di-Islamkan dengan sedikit muatan lokal. Islamisasi
dari kawasan Asia Tenggara ini membawa persamaan di bidang pendidikan.
Pendidikan tidak lagi menjadi hak istimewa kaum bangsawan. Tradisi pendidikan
Islam melibatkan seluruh lapisan masyarakat. Setiap Muslim diharapkan mampu
membaca al Qur’an dan memahami asas-asas Islam secara rasional dan dan dengan
belajar huruf Arab diperkenalkan dan digunakan di seluruh wilayah dari Aceh
hingga Mindanao. Bahasabahasa lokal diperluasnya dengan kosa-kata dan gaya
bahasa Arab. Bahasa Melayu secara khusus dipergunakan sebagai bahasa
sehari-hari di Asia Tenggara dan menjadi media pengajaran agama. Bahasa Melayu
juga punya peran yang penting bagi pemersatu seluruh wilayah itu.
Sejumlah karya bermutu di bidang
teologi, hukum, sastra dan sejarah, segera bermunculan. Banyak daerah di
wilayah ini seperti Pasai, Malaka dan Aceh juga Pattani muncul sebagai pusat
pengajaran agama yang menjadi daya tarik para pelajar dari sejumlah penjuru
wilayah ini.
System pendidikan Islam kemudian
segera di rancang. Dalam banyak batas, Masjid atau Surau menjadi lembaga pusat
pengajaran. Namun beberapa lembaga seperti pesantren di Jawa dan pondok di
Semenanjung Melaya segera berdiri. Hubungan dengan pusat-pusat pendidikan di
Dunia Islam segera di bina. Tradisi pengajaran Paripatetis yang mendahului
kedatangan Islam di wilayah ini tetap berlangsung. Ibadah Haji ke Tanah Suci di
selenggarakan, dan ikatan emosional, spritual, psikologis, dan intelektual
dengan kaum Muslim Timur Tengah segera terjalin. Lebih dari itu arus imigrasi
masyarakat Arab ke wilayah ini semakin deras.
Di
bawah bimbingan para ulama Arab dan dukungan negara, wilayah ini melahirkan
ulama-ulama pribumi yang segera mengambil kepemimpinan lslam di wilayah ini.
Semua perkembangan bisa dikatakan karena lslam, kemudian melahirkan pandangan
hidup kaum Muslim yang unik di wilayah ini. Sambil tetap memberi penekanan pada
keunggulan lslam, pandangan hdup ini juga memungkinkan unsur-unsur local masuk
dalam pemikiran para ulama pribumi. Mengenai masalah identitas, internalisasi
Islam, atau paling tidak aspek luarnya, oleh pendudukan kepulauan membuat Islam
muncul sebagai kesatuan yang utuh dari jiwa dan identitas subyektif mereka.
Namun fragmentasi politik yang mewarnai wilayah ini, di sisi lain, juga
melahirkan perasaan akan perbedaan identitas politik diantara penduduk yang
telah di Islamkan.